Senin, 20 Oktober 2008
Pasbar, Padek—Dampak krisis keuangan global membuat para petani kebun di Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) menghadapi situasi sangat berat. Beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet saat ini harganya semakin ambruk di tingkat petani.
Setelah harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit anjlok ke titik paling rendah, dari Rp1.800 per kilogram ke harga Rp450 per kilogram, kini giliran harga karet yang terjun bebas ke level Rp3 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya harga karet berkisar antara Rp7 ribu hingga Rp8 ribu per kilogram. Kondisi tersebut tentu saja menjadi pukulan sangat keras bagi para petani karet. Mereka tak bisa menerima, namun tak berdaya menghadapi krisis perekonomian dunia yang saat ini sedang menghadang.
”Saya tak percaya, harga karet sampai anjlok serendah ini. Kemarin karet saya masih di hargai Rp7 ribu per kilogram, kini hanya Rp3 ribu per kilogram. Jika biasanya sekali panen saya memperoleh penghasilan berkisar Rp800 ribu, saat ini hanya berkisar antara Rp400 ribu-Rp500 ribu,” ujar Risman, 45, salah seorang petani karet di Padang Tujuh, Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasbar kepada Padang Ekspres kemarin.
Ambruknya harga karet ini, katanya sudah mulai terjadi sejak awal bulan. Waktu itu harga karet berangsur-angsur turun, dan setelah itu harganya terus meluncur deras hingga akhirnya berhenti ke level Rp3 ribu per kilogram. Dia juga mengatakan sebenarnya fenomena naik turunya harga karet ini sudah lumrah dihadapi para petani karet di Pasbar. Tapi untuk turun serendah dan sedrastis seperti sekarang ini, baru kali ini terjadi. “Makanya kami, para petani karet benar-benar panik menghadapi kondisi perekonomian dunia saat ini. Kalau seperti ini terus, bisa sengsara hidup kami,” keluhnya.
Keadaan ini juga diperparah dengan kondisi cuaca Pasbar yang memasuki musim penghujan. Hal ini menyebabkan intensitas petani untuk menoreh karet menjadi menurun. “Kondisi cuaca saat ini menyebabkan produktivitas petani karet menjadi terganggu. Para petani tak bisa menyadap. Karet yang dijual pun jadinya berkurang,” katanya.
Di tempat yang terpisah, keterkejutan serupa juga disampaikan Anto, 50, petani karet lainnya, di Padang Tujuh, Kecamatan Pasaman, Pasbar. Dikatakannya, harga karet yang mendadak turun dratis menyebabkan penghasilan yang diterimanya tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. ”Sebuah harga yang jauh dari memadai, meningat harga pupuk saat ini yang terus menjulang dan sulit didapatkan.
Kami tidak mengerti mengapa harganya bisa anjlok. Kami hanya bisa berharap agar harganya bisa kembali stabil. Kalau seperti ini kebutuhan kami tidak akan tercukupi kalau harganya tetap rendah,” jelasnya. Kepala Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan Pasbar, Mendrial mengatakan penurunan harga jual karet dari petani ke pedagang atau pegumpul salah satunya disebabkan oleh krisis ekonomi yang saat ini sedang menimpa sejumlah negara, terutama Amerika Serikat. (*)
Pasbar, Padek—Dampak krisis keuangan global membuat para petani kebun di Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) menghadapi situasi sangat berat. Beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet saat ini harganya semakin ambruk di tingkat petani.
Setelah harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit anjlok ke titik paling rendah, dari Rp1.800 per kilogram ke harga Rp450 per kilogram, kini giliran harga karet yang terjun bebas ke level Rp3 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya harga karet berkisar antara Rp7 ribu hingga Rp8 ribu per kilogram. Kondisi tersebut tentu saja menjadi pukulan sangat keras bagi para petani karet. Mereka tak bisa menerima, namun tak berdaya menghadapi krisis perekonomian dunia yang saat ini sedang menghadang.
”Saya tak percaya, harga karet sampai anjlok serendah ini. Kemarin karet saya masih di hargai Rp7 ribu per kilogram, kini hanya Rp3 ribu per kilogram. Jika biasanya sekali panen saya memperoleh penghasilan berkisar Rp800 ribu, saat ini hanya berkisar antara Rp400 ribu-Rp500 ribu,” ujar Risman, 45, salah seorang petani karet di Padang Tujuh, Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasbar kepada Padang Ekspres kemarin.
Ambruknya harga karet ini, katanya sudah mulai terjadi sejak awal bulan. Waktu itu harga karet berangsur-angsur turun, dan setelah itu harganya terus meluncur deras hingga akhirnya berhenti ke level Rp3 ribu per kilogram. Dia juga mengatakan sebenarnya fenomena naik turunya harga karet ini sudah lumrah dihadapi para petani karet di Pasbar. Tapi untuk turun serendah dan sedrastis seperti sekarang ini, baru kali ini terjadi. “Makanya kami, para petani karet benar-benar panik menghadapi kondisi perekonomian dunia saat ini. Kalau seperti ini terus, bisa sengsara hidup kami,” keluhnya.
Keadaan ini juga diperparah dengan kondisi cuaca Pasbar yang memasuki musim penghujan. Hal ini menyebabkan intensitas petani untuk menoreh karet menjadi menurun. “Kondisi cuaca saat ini menyebabkan produktivitas petani karet menjadi terganggu. Para petani tak bisa menyadap. Karet yang dijual pun jadinya berkurang,” katanya.
Di tempat yang terpisah, keterkejutan serupa juga disampaikan Anto, 50, petani karet lainnya, di Padang Tujuh, Kecamatan Pasaman, Pasbar. Dikatakannya, harga karet yang mendadak turun dratis menyebabkan penghasilan yang diterimanya tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. ”Sebuah harga yang jauh dari memadai, meningat harga pupuk saat ini yang terus menjulang dan sulit didapatkan.
Kami tidak mengerti mengapa harganya bisa anjlok. Kami hanya bisa berharap agar harganya bisa kembali stabil. Kalau seperti ini kebutuhan kami tidak akan tercukupi kalau harganya tetap rendah,” jelasnya. Kepala Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan Pasbar, Mendrial mengatakan penurunan harga jual karet dari petani ke pedagang atau pegumpul salah satunya disebabkan oleh krisis ekonomi yang saat ini sedang menimpa sejumlah negara, terutama Amerika Serikat. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar