Friday, 24 October 2008
JAMBI - Pemerintah Provinsi Jambi tak berdaya hadapi krisis ekonomi global yang berdampak pada turunnya harga komoditi andalan Jambi, yakni sawit dan karet. Bukannya tidak perhatian atas nasib malang yang menimpa ribuan petani Jambi ini, namun pemerintah memang tidak bisa membantu lebih selain memberikan pengawasan agar turunnya harga ini tidak dimanfaatkan oleh para spekulan. Hal ini disampaikan kadisbun provinsi Jambi, Ali Lubis saat ditemui Jambi Ekspres, Kamis (23/10) kemarin.
“Kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan anjloknya harga TBS dan karet ini. Yang bisa kita maksimalkan adalah pengawasan agar harga yang semakin rendah ini tidak dimanfaatkan oleh spekulan yang jelas semakin merugikan petani,” ungkapnya.
Untuk sawit, memang saat ini mau tidak mau petani harus menjualnya. Selain karena komoditi satu ini tidak tahan lama, karena dengan menjual TBS nya, Ali berharap masih ada uang yang bisa dihasilkan untuk mengamankan ekonomi keluarga. Namun untuk karet, menurut Ali itu tergantung kebutuhan masing-masing petani.
“Kita himbau agar masyarakat untuk bertahan di tengah krisis seperti ini. Jual saja seperlunya karena harga karet saat ini turunnya tidak setajam sawit,” urainya.
Terkait banyaknya kerugian yang dialami oleh petani akibat anjloknya dua komoditi ini hingga menyebabkan stress. Menurut Ali itu bisa dijadikan pelajaran yang berharga untuk masa yang akan datang. Terkait bentuk bantuan pemerintah yang mungkin bisa digulirkan kepada para petani, dikatakan Ali tergantung dari bupati masing-masing.
“Yang menjadi persoalan saat ini adalah banyak petani stress karena hutang mereka di bank tidak bisa dibayarkan dengan kondisi saat ini. Kalau jumlahnya sedikit, itu tentu tak jadi soal. Tapi kalau ratusan juta rupiah, terang saja mendatangkan ketakutan. Untuk itu bupati harus cepat bertindak,” terangnya.
Tindakan yang bisa dilakukan tentu saja dengan memfasilitasi petani sawit dan karet ini dengan pihak bank. Bagaimana caranya agar kredit hutang mereka yang jumlahnya ratusan juta ditangguhkan pembayarannya untuk sementara waktu. Mobil, rumah ataupun toko yang mereka jaminkan tidak disita oleh bank.
Khusus karet dikatakan Ali masih banyak petani yang memperoleh harga tinggi setiap kilonya. Karet yang diambil dari petani masih berkisar antara Rp 8.599 hingga 6.051. Ini juga terjadi di beberapa pasar lelang karet yang ada di Jambi.
Dilain pihak, kabiro ekbang Hasvia mengatakan bahwa upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi krisis ini lebih pada pengalihan pangsa pasar. Namun memang itu tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek. Tapi upaya ke arah sana terus diupayakan pemerintah.
“Kita hanya bisa melakukan perubahan sttrategi pasar. Jadi yang selama ini komoditi kita kebanyakan di ekspor ke Amerika dan Eropa. Maka saat ini kita upayakan ke Asia, saat ini sedang kita lakukan promosinya,” jelas kandidat Plt Walikota Sungai Penuh ini.
Konsumsi dalam negri juga menjadi arah kebijakan pemerntah Jambi. Bagaimana agar komoditi sawit dan karet ini lebih dimaksimalkan penggunaanya di Jambi terus dikembangkan. Terkait bantuan berupa subsidi yang akan diberikan pada petani yang saat ini sedang mengalami kerugian, menurut Hasvia pemerintah tidak bisa melakukan hal tersebut.
“Sementara yang bisa kita lakukan disverifikasi negara tujuan saja,” tegasnya. (wix)
JAMBI - Pemerintah Provinsi Jambi tak berdaya hadapi krisis ekonomi global yang berdampak pada turunnya harga komoditi andalan Jambi, yakni sawit dan karet. Bukannya tidak perhatian atas nasib malang yang menimpa ribuan petani Jambi ini, namun pemerintah memang tidak bisa membantu lebih selain memberikan pengawasan agar turunnya harga ini tidak dimanfaatkan oleh para spekulan. Hal ini disampaikan kadisbun provinsi Jambi, Ali Lubis saat ditemui Jambi Ekspres, Kamis (23/10) kemarin.
“Kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan anjloknya harga TBS dan karet ini. Yang bisa kita maksimalkan adalah pengawasan agar harga yang semakin rendah ini tidak dimanfaatkan oleh spekulan yang jelas semakin merugikan petani,” ungkapnya.
Untuk sawit, memang saat ini mau tidak mau petani harus menjualnya. Selain karena komoditi satu ini tidak tahan lama, karena dengan menjual TBS nya, Ali berharap masih ada uang yang bisa dihasilkan untuk mengamankan ekonomi keluarga. Namun untuk karet, menurut Ali itu tergantung kebutuhan masing-masing petani.
“Kita himbau agar masyarakat untuk bertahan di tengah krisis seperti ini. Jual saja seperlunya karena harga karet saat ini turunnya tidak setajam sawit,” urainya.
Terkait banyaknya kerugian yang dialami oleh petani akibat anjloknya dua komoditi ini hingga menyebabkan stress. Menurut Ali itu bisa dijadikan pelajaran yang berharga untuk masa yang akan datang. Terkait bentuk bantuan pemerintah yang mungkin bisa digulirkan kepada para petani, dikatakan Ali tergantung dari bupati masing-masing.
“Yang menjadi persoalan saat ini adalah banyak petani stress karena hutang mereka di bank tidak bisa dibayarkan dengan kondisi saat ini. Kalau jumlahnya sedikit, itu tentu tak jadi soal. Tapi kalau ratusan juta rupiah, terang saja mendatangkan ketakutan. Untuk itu bupati harus cepat bertindak,” terangnya.
Tindakan yang bisa dilakukan tentu saja dengan memfasilitasi petani sawit dan karet ini dengan pihak bank. Bagaimana caranya agar kredit hutang mereka yang jumlahnya ratusan juta ditangguhkan pembayarannya untuk sementara waktu. Mobil, rumah ataupun toko yang mereka jaminkan tidak disita oleh bank.
Khusus karet dikatakan Ali masih banyak petani yang memperoleh harga tinggi setiap kilonya. Karet yang diambil dari petani masih berkisar antara Rp 8.599 hingga 6.051. Ini juga terjadi di beberapa pasar lelang karet yang ada di Jambi.
Dilain pihak, kabiro ekbang Hasvia mengatakan bahwa upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi krisis ini lebih pada pengalihan pangsa pasar. Namun memang itu tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek. Tapi upaya ke arah sana terus diupayakan pemerintah.
“Kita hanya bisa melakukan perubahan sttrategi pasar. Jadi yang selama ini komoditi kita kebanyakan di ekspor ke Amerika dan Eropa. Maka saat ini kita upayakan ke Asia, saat ini sedang kita lakukan promosinya,” jelas kandidat Plt Walikota Sungai Penuh ini.
Konsumsi dalam negri juga menjadi arah kebijakan pemerntah Jambi. Bagaimana agar komoditi sawit dan karet ini lebih dimaksimalkan penggunaanya di Jambi terus dikembangkan. Terkait bantuan berupa subsidi yang akan diberikan pada petani yang saat ini sedang mengalami kerugian, menurut Hasvia pemerintah tidak bisa melakukan hal tersebut.
“Sementara yang bisa kita lakukan disverifikasi negara tujuan saja,” tegasnya. (wix)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar