Pasirpengarayan, Kompas - Harga tandan buah segar kelapa sawit di tingkat petani semakin anjlok. Di sentra kelapa sawit Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, harga TBS kelapa sawit bahkan sudah Rp 300 per kilogram. Harga itu turun Rp 50 dibandingkan dengan sehari sebelumnya sebesar Rp 350 per kilogram.
Syaifuddin, petani sawit yang dijumpai Kompas di Desa Sialangjaya, Kecamatan Rambah, Rokan Hulu, sekitar 190 kilometer dari Pekanbaru, Selasa (14/10), mengatakan, harga Rp 300 masih tergolong bagus. Beberapa pedagang pengumpul sudah berancang-ancang akan menurunkan harga sampai Rp 250 per kilogram (kg).
Dia terpaksa tetap memanen sawit semata-mata untuk mencegah kerusakan pohon pada masa yang akan datang. ”Saya mendengar kalau tandan yang sudah masak tetapi tidak dipanen dapat merusak pohon. Kalau saja pohon tidak rusak, saya tidak akan memanen,” katanya.
Dari dua ton panen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, Selasa, Syaifuddin meraih penghasilan kotor Rp 600.000. Namun, dia harus mengeluarkan upah empat pekerja Rp 240.000. Selain itu, dia harus mengeluarkan upah dodos (memetik buah sawit) Rp 140.000 lagi untuk dua pekerja. Penghasilan bersihnya Rp 220.000 selama dua pekan.
”Sebelum puasa, saya mendapat Rp 4 juta sebulan,” kata Syaifuddin.
Penagih kredit
Ardimen Daulay, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Kabupaten Rokan Hulu, menyatakan, banyak anggotanya berutang dan tidak sedikit yang dikejar-kejar penagih kredit. Menurut dia, semua anggotanya memiliki lahan sekitar 118.000 hektar. Mereka adalah petani swadaya.
Gubernur Riau Wan Abubakar yang ditemui di Merangin mengatakan, ”Saya meminta petani sabar karena situasi sekarang ini tidak akan berlangsung selamanya. Saya berharap pemerintah pusat dapat mencarikan jalan keluar untuk mengatasi anjloknya harga sawit ini.”
Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Wahyudi K Anwar menuturkan, mengikuti kecenderungan turunnya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), harga TBS di wilayahnya juga terus turun.
”Saat harga minyak dunia mencapai 100 dollar AS per barrel beberapa bulan lalu, harga TBS di Kotawaringin Timur mencapai lebih dari Rp 1.000 per kg. Belakangan ini harganya cuma Rp 400 per kg,” kata Wahyudi saat ditemui pada Rapat Koordinasi Pengendalian Pembangunan se- Kalteng di Palangkaraya.
Kemerosotan harga TBS membuat beberapa pihak di Sumatera Utara meminta agar pemerintah pusat segera bertindak untuk menekan harga. Salah satunya adalah menurunkan pajak ekspor (PE) CPO menjadi 1 persen atau menghapus PE CPO saat harga TBS di bawah harga impas produksi, yakni Rp 800 per kg.
Kepala Subdinas Bina Produksi Dinas Perkebunan Sumut Herawati dan Kepala Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumut Sahrida, Selasa, mengatakan, jika pajak tetap diberlakukan, petani kian terdesak.
Bantuan pengusaha
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang meminta pengusaha membantu kesulitan yang dihadapi petani. Bantuan itu berupa tidak membeli getah karet dengan harga yang sangat murah.
”Tadi pagi saya menghubungi beberapa pengusaha karet di Kalteng dan Kalsel. Mereka berjanji segera berunding agar tak membeli karet petani di harga yang terlalu rendah,” katanya, Selasa, di Palangkaraya.
Petani di Kabupaten Barito Utara dan Gunung Mas terpukul karena anjloknya harga getah karet sepekan ini dari Rp 9.000-Rp 9.500 per kg menjadi Rp 5.500- Rp 6.000. (sah/cas/wsi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar