Welcome To Riau Info Sawit

Kepada pengunjung Blog ini jika ingin bergabung menjadi penulis, silahkan kirim alamat email serta pekerjaan anda ke : anaknegeri.andalas@gmail.com

Selasa, 16 Juni 2009

Disbun Riau Usulkan Pabrik Biodiesel Dikelola Swasta

FB Rian Anggoro, 9 Juni 2009

  Pekanbaru, (ANTARA) - Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau mengusulkan agar pabrik biodiesel di Kabupaten Rokan Hulu dikelola pihak swasta, sebagai solusi untuk keberlanjutan pabrik yang hingga kini belum beroperasi meski sudah diresmikan pada Januari 2009.

  "Ada baiknya pabrik biodesel di Rokan Hulu dikelola perusahaan swasta karena akan mubazir kalau terlalu lama tidak beroperasi," kata Kasubdin Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC Ernaputra kepada ANTARA di Pekanbaru, Selasa.

  Pabrik biodiesel di Rokan Hulu merupakan satu-satunya di kabupaten/kota di Riau, yang merupakan hasil kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Lokasi pabrik berada di lahan seluas 4,5 hektare di Desa Tali Kumain, Kecamatan Tambusai, Rokan Hulu.

  Pabrik tersebut kini dikelola oleh Perusahaan Daerah Rokan Hulu Jaya, dan memiliki kapasitas produksi 30 ton per hari untuk memproduksi BBM jenis solar dari hasil pengelolaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

  Menurut Ferry pengelolaan pabrik biodesel oleh pihak swasta dapat mengatasi masalah biaya operasional yang tinggi dan kekurangan tenaga ahli yang hingga kini belum bisa diselesaikan.

  "Pengelolaan pabrik bisa diserahkan ke swasta dan menggunakan sistem bagi hasil dengan pemerintah daerah," ujarnya.

  Direktur Utama Perusahaan Daerah Rokan Hulu Jaya July Syam mengatakan pengolahan bahan bakar nabati belum bisa dilakukan karena pihaknya takut merugi mengingat nilai ekonomis biodiesel masih terlalu tinggi ketimbang harga solar dari olahan minyak bumi untuk dilempar ke pasar lokal.

  Ia mengaku BUMD itu juga tidak mau mengambil risiko kerugian dari pengoperasian pabrik di tengah harga CPO yang masih fluktuatif.

  "Pabrik ini sulit untuk beroperasi tanpa subsidi yang lebih besar dari pemerintah," ujarnya.

  Kabupaten Rokan Hulu merupakan salah satu daerah sentra sawit terbesar di Riau. Diperkirakan luasan perkebunan kelapa sawit di daerah itu mencapai sekitar 500 ribu hektare dengan 42 persen lahan dikelola perusahaan dan sisanya dikelola oleh rakyat.


Senin, 08 Juni 2009

Pabrik Biodiesel di Riau Mangkrak

FB Rian Anggoro, 7 Juni 2009

  Pekanbaru, (ANTARA) - Pabrik biodiesel yang dikelola Perusahaan Daerah (Perusda), Rokan Hulu Jaya, di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, hingga kini masih mangkrak karena belum beroperasi meski sudah diresmikan sejak Januari 2009.

  Direktur Utama Perusda Rokan Hulu Jaya, July Syam, kepada ANTARA di Pekanbaru, Minggu, mengatakan, pengolahan bahan bakar nabati belum bisa dilakukan karena pihaknya takut merugi. Sebabnya, lanjut July, nilai ekonomis biodiesel masih terlalu tinggi untuk dilempar ke pasar lokal tanpa bantuan subsidi dari pemerintah.

  "Pabrik dengan kapasitas produksi 30 ton per hari sudah ada, tapi belum beroperasi. Kalau pun dipaksakan dan dijual hasilnya, tidak akan tertutup dengan biaya produksi yang dikeluarkan," katanya.

  Menurut July Syam, pabrik yang berlokasi di lahan seluas 4,5 hektare di Desa Tali Kumain Kecamatan Tambusai, Rokan Hulu, itu bisa memproduksi BBM nabati jenis solar dari hasil pengolahan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Pihaknya mengaku tidak mau mengambil resiko kerugian dari pengoperasian pabrik di tengah harga CPO yang masih fluktuatif.

  "Perlu ada subsidi dari pemerintah untuk pengembangan industri biodiesel, kabarnya subsidi dari pemerintah sangat kecil," ujarnya.

  Ia menambahkan, sejauh ini, pabrik itu hanya mengoperasikan pengolahan tandan buah sawit milik petani setempat menjadi CPO.

  "Pengolahan CPO dari petani setempat jumlahnya juga masih sedikit," katanya.

  Pabrik biodiesel ini merupakan satu-satunya yang beroperasi di kabupaten/kota di RIau, yang merupakan hasil kerja sama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, selain dari pihak swasta. Berdirinya pabrik biodisel ini sesuai dengan Permendagri dan ESDM Nomor 32/2008 tentang pemanfatan bahan bakar untuk industri harus menggunakan 10 persen biodisel dan 90 persen solar.

  Anggaran pendirian pabrik tersebut dilakukan sharing budget antara APBN dan APBD Rohul tahun 2007. Untuk sarana pendukung seperti listrik, dan pembebasan lahan seluas 4,5 hektare dari APBD Rokan Hulu. Sedangkan, biaya produksi untuk mengasilkan biodisel diperkirakan mencapai Rp2.500 per satu liter.

  Sebelumnya, Bupati Rokan Hulu, Achmad, mengharapkan, keberadaan pabrik tersebut merupakan solusi karena anjloknya harga jual sawit petani nonplasma. Untuk bahan baku CPO, Rokan Hulu merupakan salah satu daerah sentra sawit terbesar di Riau. Diperkirakan, luasan perkebunan kelapa sawit di daerah itu mencapai sekitar 500 ribu hektare dengan sepertiga diantara merupakan sawit rakyat nonplasma.
http://www.antara-riau.com/home/berita_detail.php?bid=595

Pabrik Biodiesel di Riau Mangkrak

FB Rian Anggoro, 7 Juni 2009

  Pekanbaru, (ANTARA) - Pabrik biodiesel yang dikelola Perusahaan Daerah (Perusda), Rokan Hulu Jaya, di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, hingga kini masih mangkrak karena belum beroperasi meski sudah diresmikan sejak Januari 2009.

  Direktur Utama Perusda Rokan Hulu Jaya, July Syam, kepada ANTARA di Pekanbaru, Minggu, mengatakan, pengolahan bahan bakar nabati belum bisa dilakukan karena pihaknya takut merugi. Sebabnya, lanjut July, nilai ekonomis biodiesel masih terlalu tinggi untuk dilempar ke pasar lokal tanpa bantuan subsidi dari pemerintah.

  "Pabrik dengan kapasitas produksi 30 ton per hari sudah ada, tapi belum beroperasi. Kalau pun dipaksakan dan dijual hasilnya, tidak akan tertutup dengan biaya produksi yang dikeluarkan," katanya.

  Menurut July Syam, pabrik yang berlokasi di lahan seluas 4,5 hektare di Desa Tali Kumain Kecamatan Tambusai, Rokan Hulu, itu bisa memproduksi BBM nabati jenis solar dari hasil pengolahan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Pihaknya mengaku tidak mau mengambil resiko kerugian dari pengoperasian pabrik di tengah harga CPO yang masih fluktuatif.

  "Perlu ada subsidi dari pemerintah untuk pengembangan industri biodiesel, kabarnya subsidi dari pemerintah sangat kecil," ujarnya.

  Ia menambahkan, sejauh ini, pabrik itu hanya mengoperasikan pengolahan tandan buah sawit milik petani setempat menjadi CPO.

  "Pengolahan CPO dari petani setempat jumlahnya juga masih sedikit," katanya.

  Pabrik biodiesel ini merupakan satu-satunya yang beroperasi di kabupaten/kota di RIau, yang merupakan hasil kerja sama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, selain dari pihak swasta. Berdirinya pabrik biodisel ini sesuai dengan Permendagri dan ESDM Nomor 32/2008 tentang pemanfatan bahan bakar untuk industri harus menggunakan 10 persen biodisel dan 90 persen solar.

  Anggaran pendirian pabrik tersebut dilakukan sharing budget antara APBN dan APBD Rohul tahun 2007. Untuk sarana pendukung seperti listrik, dan pembebasan lahan seluas 4,5 hektare dari APBD Rokan Hulu. Sedangkan, biaya produksi untuk mengasilkan biodisel diperkirakan mencapai Rp2.500 per satu liter.

  Sebelumnya, Bupati Rokan Hulu, Achmad, mengharapkan, keberadaan pabrik tersebut merupakan solusi karena anjloknya harga jual sawit petani nonplasma. Untuk bahan baku CPO, Rokan Hulu merupakan salah satu daerah sentra sawit terbesar di Riau. Diperkirakan, luasan perkebunan kelapa sawit di daerah itu mencapai sekitar 500 ribu hektare dengan sepertiga diantara merupakan sawit rakyat nonplasma.
http://www.antara-riau.com/home/berita_detail.php?bid=595