Penurunan Harga TBS tak Terkendali
Monday, 27 October 2008
MUARABULIAN - Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang anjlok sekitar 80 persen saat ini sangat berdampak terhadap para petani. Seperti yang dialami para petani kelapa sawit di Kecamatan Mersam, Kabupaten Batanghari, semenjak harga TBS anjlok mereka memilih menyetopkan pemupukan tanaman kelapa sawit mereka, akibatnya ratusan kilo pupuk urea yang sudah mereka tebus pun, dibiarkan menumpuk di gudang Koperasi Unit Desa (KUD) Kembang Paseban di Mersam.
Hal ini dibenarkan oleh Hasbi Ansori SE MM, Ketua KUD Kembang Paseban. Menurutnya, dampak dari anjloknya harga TBS saat ini sangat banyak dirasakan para petani, “Ya, semenjak harga TBS anjlok sekitar 80 persen dari harga Rp 2.000 an, pupuk menumpuk di gudang KUD Kambang Paseban ini, karena para petani memilih menyetopkan pemupukan,” ungkap Hasbi Ansori saat di temui di Kantor KUD Kambang Paseban, Sabtu (25/10).
Tak hanya itu, semenjak harga TBS anjlok ini juga Kantor KUD Kambang Paseban menjadi legang (sepi, red) dari kedatangan para petani, “Keaktifan para petani datang ke Kantor KUD Kembang Paseban ini juga berkurang. Biasanya KUD ini menjadi tempat silaturahmi para petani, tempat membahas segala permasalahan perkebunan mereka ataupun yang berkaitan dengan KUD ini, tapi semenjak harga anjlok ini menjadi sepi,”terangnya.
Sebagai bentuk antisipasi anjolknya harga TBS akibat krisis global ini, Hasbi mengatakan KUD Kembang Paseban terus membantu para petani dengan memantau perkembangan harga TBS, “Dimana harga TBS yang lebih mahal kita arahkan para petani menjual kesana,”ujarnya.
Para petani kelapa sawit di Mersam mengharapkan, terkait masalah pupuk ini agar pemerintah meningkatkan bantuannya. Dimana saat ini di sektor perkebunan rakyat pemerintah hanya menyalurkan bantuan subsidi untuk pupuk urea. Sedangkan untuk penyuburan tanaman kelapa sawit tak hanya cukup dengan pupuk urea itu, namun juga dibutuhkan seperti pupuk KCL (MOP), TSP/SP 36 ataupun pupuk Mikro seperti Kiesrit (Mg), Dolomit (Ca), Borate (B) atau pupuk majemuk yang mengandung semua atau sebagian besar unsur-unsur tersebut seperti Phonska. Akibatnya para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi yang harganya membumbung tinggi.
Tapi, semenjak harga anjlok ini, para petani tidak ada lagi yang beli. Kepada pemerintah para petani mengharapkan agar juga mensubsidikan pupuk-pupuk yang dibutuhkan itu, jangan hanya pupuk urea saja,”tandas Edi Nuryanto, Sekretaris KUD Kambang Paseban menambahkan. (bim)
Monday, 27 October 2008
MUARABULIAN - Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang anjlok sekitar 80 persen saat ini sangat berdampak terhadap para petani. Seperti yang dialami para petani kelapa sawit di Kecamatan Mersam, Kabupaten Batanghari, semenjak harga TBS anjlok mereka memilih menyetopkan pemupukan tanaman kelapa sawit mereka, akibatnya ratusan kilo pupuk urea yang sudah mereka tebus pun, dibiarkan menumpuk di gudang Koperasi Unit Desa (KUD) Kembang Paseban di Mersam.
Hal ini dibenarkan oleh Hasbi Ansori SE MM, Ketua KUD Kembang Paseban. Menurutnya, dampak dari anjloknya harga TBS saat ini sangat banyak dirasakan para petani, “Ya, semenjak harga TBS anjlok sekitar 80 persen dari harga Rp 2.000 an, pupuk menumpuk di gudang KUD Kambang Paseban ini, karena para petani memilih menyetopkan pemupukan,” ungkap Hasbi Ansori saat di temui di Kantor KUD Kambang Paseban, Sabtu (25/10).
Tak hanya itu, semenjak harga TBS anjlok ini juga Kantor KUD Kambang Paseban menjadi legang (sepi, red) dari kedatangan para petani, “Keaktifan para petani datang ke Kantor KUD Kembang Paseban ini juga berkurang. Biasanya KUD ini menjadi tempat silaturahmi para petani, tempat membahas segala permasalahan perkebunan mereka ataupun yang berkaitan dengan KUD ini, tapi semenjak harga anjlok ini menjadi sepi,”terangnya.
Sebagai bentuk antisipasi anjolknya harga TBS akibat krisis global ini, Hasbi mengatakan KUD Kembang Paseban terus membantu para petani dengan memantau perkembangan harga TBS, “Dimana harga TBS yang lebih mahal kita arahkan para petani menjual kesana,”ujarnya.
Para petani kelapa sawit di Mersam mengharapkan, terkait masalah pupuk ini agar pemerintah meningkatkan bantuannya. Dimana saat ini di sektor perkebunan rakyat pemerintah hanya menyalurkan bantuan subsidi untuk pupuk urea. Sedangkan untuk penyuburan tanaman kelapa sawit tak hanya cukup dengan pupuk urea itu, namun juga dibutuhkan seperti pupuk KCL (MOP), TSP/SP 36 ataupun pupuk Mikro seperti Kiesrit (Mg), Dolomit (Ca), Borate (B) atau pupuk majemuk yang mengandung semua atau sebagian besar unsur-unsur tersebut seperti Phonska. Akibatnya para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi yang harganya membumbung tinggi.
Tapi, semenjak harga anjlok ini, para petani tidak ada lagi yang beli. Kepada pemerintah para petani mengharapkan agar juga mensubsidikan pupuk-pupuk yang dibutuhkan itu, jangan hanya pupuk urea saja,”tandas Edi Nuryanto, Sekretaris KUD Kambang Paseban menambahkan. (bim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar