Rabu, 22 Oktober 2008
ImageLaporan RPG dan MUSLIM NURDIN, Pekanbaru redaksi@riaupos.co.idAlamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya
TEMUAN mengejutkan diungkap Ekonom Riau Edyanus Herman Halim MM. Pihaknya melakukan kalkulasi dan pemetaan kodomiti sawit dan karet di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini. Tercatat petani sawit dan karet di Riau sampai pertengahan Oktober ini merugi sekitar Rp5,876 triliun.
Hal tersebut diungkap Edaynus dalam diskusi Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR), Selasa (21/10) di sekretariat FKPMR Riau. Nampak hadir tokoh masyarakat, seperti HT Lukman Jaafar, mantan Komisaris PTPN V Prof Dr H Muchtar Ahmad, Ketua Asosiasi Petani Sawit Riau Setiono, dr H Ekmal Rusdy, Joni Setiawan Mundung, dengan moderator Al Azhar.
Dijelaskannya, harga sawit yang belakangan terjun bebas merupakan bentuk krisis terparah yang dialami petani akhir-akhir ini bahkan Edyanus memperkirakan krisis akan berlangsung kurun waktu dua tahun ke depan.
‘’Pemulihan akibat krisis ini kalau saya tengok di majalah luar negeri seperti tajuk di media di Swiss, Itali, Jerman, Prancis, akan berlangsung dua tahun,’’ sebut dosen FE Unri ini.
Dalam pemetaan yang dilakukan, kata dia, dampak krisis global yang menlanda AS adalah harga sawit sangat merosot sampai empat kali lipat, seperti pada Agustus lalu harga TBS masih Rp1.550 sedangkan karet Rp14.000. Pertengahan Oktober telah menjadi Rp350 dan karet menjadi Rp4.200 per kilogram.
‘’Luas kebun sawit mandiri yang Riau miliki 392.814 hektare, kebun karet 528.734 hektare dan luas sawit pola KKPA 180 ribu hektare dan karet kita nol. Total kebun sawit milik masyarakat 572.814 hektare,’’ papar Edy.
Uang yang saat ini tidak masuk lagi ke masyarakat sebesar Rp3,3 triliun dan komoditi karet mencapai Rp1,1 trilun, terjadi penciutan pendapatan masyarakat 77,42 persen dan karet 70 persen dari pendapatan biasa dengan produksi rata-rata per bulan (ton) 327.634 ton untuk sawit dan 38.587 ton karet dengan kerugian Rp5,876 triliun.
Sementara Ketua Asosiasi Petani Sawit Riau Setiono mengaku, ini krisis terparah yang dialami petani sawit sehingga banyak petani sawit yang menjual lahannya untuk menutupi hutang dan membayar kredit.
Muchtar Ahmad juga angkat bicara. Menurut dia, krisis akan berlangsung 20 bulan paling lama atau sampai 24 bulan dan paling singkat delapan bulan. Krisis ini kata dia, pada tahun 2006 lalu sebenarnya pernah diingatkan.
Perhatikan Petani
Di sisi lain, pemerintah dan pihak terkait diminta cepat tanggap dengan kondisi seperti ini.
‘’Kondisi seperti sekarang tentunya sangat menyakitkan para petani kita. Padahal di Malaysia, seperti dikatakan teman-teman saya di sana, harga sawit sejauh ini masih cukup bagus. Kok di Indonesia harga buah sawitnya bisa merosot tajam seperti ini. Ada apa sebenarnya? Apakah ini memang benar akibat dampak dari krisil global. Kalau memang benar, kenapa di Malaysia sendiri harga buah sawit mereka tidak anjlok,’’ tanya Andri Muslim, seorang calon anggota DPD RI kepada Riau Pos.
Ia justru melihat, kondisi ini disebabkan karena adanya permainan pihak-pihak yang ingin mengambil untung di tengah krisis. ‘’Saya melihat, ada permainan. Buktinya untuk harga kelapa sawit plasma yang standarnya dari perusahaan harganya masih relatif bagus,’’ ujarnya.(uli)
ImageLaporan RPG dan MUSLIM NURDIN, Pekanbaru redaksi@riaupos.co.idAlamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya
TEMUAN mengejutkan diungkap Ekonom Riau Edyanus Herman Halim MM. Pihaknya melakukan kalkulasi dan pemetaan kodomiti sawit dan karet di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini. Tercatat petani sawit dan karet di Riau sampai pertengahan Oktober ini merugi sekitar Rp5,876 triliun.
Hal tersebut diungkap Edaynus dalam diskusi Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR), Selasa (21/10) di sekretariat FKPMR Riau. Nampak hadir tokoh masyarakat, seperti HT Lukman Jaafar, mantan Komisaris PTPN V Prof Dr H Muchtar Ahmad, Ketua Asosiasi Petani Sawit Riau Setiono, dr H Ekmal Rusdy, Joni Setiawan Mundung, dengan moderator Al Azhar.
Dijelaskannya, harga sawit yang belakangan terjun bebas merupakan bentuk krisis terparah yang dialami petani akhir-akhir ini bahkan Edyanus memperkirakan krisis akan berlangsung kurun waktu dua tahun ke depan.
‘’Pemulihan akibat krisis ini kalau saya tengok di majalah luar negeri seperti tajuk di media di Swiss, Itali, Jerman, Prancis, akan berlangsung dua tahun,’’ sebut dosen FE Unri ini.
Dalam pemetaan yang dilakukan, kata dia, dampak krisis global yang menlanda AS adalah harga sawit sangat merosot sampai empat kali lipat, seperti pada Agustus lalu harga TBS masih Rp1.550 sedangkan karet Rp14.000. Pertengahan Oktober telah menjadi Rp350 dan karet menjadi Rp4.200 per kilogram.
‘’Luas kebun sawit mandiri yang Riau miliki 392.814 hektare, kebun karet 528.734 hektare dan luas sawit pola KKPA 180 ribu hektare dan karet kita nol. Total kebun sawit milik masyarakat 572.814 hektare,’’ papar Edy.
Uang yang saat ini tidak masuk lagi ke masyarakat sebesar Rp3,3 triliun dan komoditi karet mencapai Rp1,1 trilun, terjadi penciutan pendapatan masyarakat 77,42 persen dan karet 70 persen dari pendapatan biasa dengan produksi rata-rata per bulan (ton) 327.634 ton untuk sawit dan 38.587 ton karet dengan kerugian Rp5,876 triliun.
Sementara Ketua Asosiasi Petani Sawit Riau Setiono mengaku, ini krisis terparah yang dialami petani sawit sehingga banyak petani sawit yang menjual lahannya untuk menutupi hutang dan membayar kredit.
Muchtar Ahmad juga angkat bicara. Menurut dia, krisis akan berlangsung 20 bulan paling lama atau sampai 24 bulan dan paling singkat delapan bulan. Krisis ini kata dia, pada tahun 2006 lalu sebenarnya pernah diingatkan.
Perhatikan Petani
Di sisi lain, pemerintah dan pihak terkait diminta cepat tanggap dengan kondisi seperti ini.
‘’Kondisi seperti sekarang tentunya sangat menyakitkan para petani kita. Padahal di Malaysia, seperti dikatakan teman-teman saya di sana, harga sawit sejauh ini masih cukup bagus. Kok di Indonesia harga buah sawitnya bisa merosot tajam seperti ini. Ada apa sebenarnya? Apakah ini memang benar akibat dampak dari krisil global. Kalau memang benar, kenapa di Malaysia sendiri harga buah sawit mereka tidak anjlok,’’ tanya Andri Muslim, seorang calon anggota DPD RI kepada Riau Pos.
Ia justru melihat, kondisi ini disebabkan karena adanya permainan pihak-pihak yang ingin mengambil untung di tengah krisis. ‘’Saya melihat, ada permainan. Buktinya untuk harga kelapa sawit plasma yang standarnya dari perusahaan harganya masih relatif bagus,’’ ujarnya.(uli)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar