Welcome To Riau Info Sawit

Kepada pengunjung Blog ini jika ingin bergabung menjadi penulis, silahkan kirim alamat email serta pekerjaan anda ke : anaknegeri.andalas@gmail.com

Selasa, 11 November 2008

Terobosan Sumsel Menghadapi Krisis Keuangan Global

Padat Karya untuk Petani
KOMPAS/AGNES RITA SULISTYAWATY / Kompas Images
Sarbeni (60), petani sawit di Tiku, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, membersihkan rumput di sekitar pohon sawit, Selasa (4/10). Harga sawit yang anjlok sampai Rp 350 per kilogram membuat petani berhemat dengan mengerjakan sendiri perawatan pohon. Petani juga kesulitan membeli pupuk karena pendapatan dari penjualan sawit tidak sepadan dengan harga pupuk yang mahal. Sebagian petani akhirnya tidak memupuk pohon sawit sehingga buah yang dihasilkan juga berkurang. Harga sawit anjlok sejak September lalu.
Selasa, 11 November 2008 | 03:00 WIB

Palembang, Kompas - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menggagas program padat karya bagi petani yang terimbas rontoknya harga sejumlah komoditas perkebunan akibat krisis keuangan global. Program tersebut disinergikan dengan proyek di tingkat kabupaten dan kota.

Gagasan tersebut dikemukakan Gubernur Sumsel Alex Noerdin dalam pertemuan dengan seluruh pejabat dan pengusaha di wilayah Sumsel, Senin (10/11) di Palembang.

Kegiatan padat karya merupakan program jangka pendek untuk membantu petani yang mengalami kesulitan ekonomi karena penurunan harga sejumlah komoditas, seperti sawit dan karet.

”Saya sudah meminta kepada seluruh bupati/wali kota untuk menjalankan program padat karya demi membantu petani saat ini. Hal itu yang dapat kita lakukan secepatnya karena daya tahan petani hanya dua bulan. Setelah itu tak bisa membeli beras karena pendapatan berkurang,” ujar Alex.

Alex juga mengemukakan, dia akan membantu dengan mengusahakan adanya penyaluran beras murah untuk rakyat miskin, terutama di kabupaten yang petaninya dilanda krisis.

Sementara itu, untuk jangka panjang mengatasi krisis yang terkait harga komoditas, Alex mengatakan akan mencanangkan pembangunan pabrik biodiesel di Sumsel. Namun, proyek tersebut tidak akan dapat mengatasi persoalan yang dialami petani saat ini karena investasinya membutuhkan waktu tiga tahun.

Menurut dia, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur sudah membangun pabrik biodiesel, tetapi Sumsel masih butuh lagi investasi baru. Jika Sumsel memiliki banyak pabrik biodiesel, kelapa sawit petani bisa terserap dengan harga relatif tinggi di saat harga dunia sedang jatuh.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel Sumarjono Saragih mengatakan, saat ini sudah dua dari 50 pabrik kelapa sawit di Sumsel yang sudah tidak beroperasi. Pabrik-pabrik itu berhenti beroperasi karena tidak mendapat pembeli, sementara tangki penimbun stok masih penuh. Sementara itu, beberapa pabrik juga sudah mengurangi kegiatan produksi. Di hulu, pengusaha juga sudah mengurangi kegiatan perawatan yang bisa ditunda karena pasar lesu.

Kapasitas pabrik kelapa sawit di Sumsel mencapai 2.200 ton per jam. Tenaga kerja yang terlibat mencapai 11.000 orang. Jika dua pabrik dengan total produksi 180 ton per jam terhenti berproduksi, diperkirakan sebanyak 1.800 orang terpaksa dirumahkan.

Sumarjono Saragih menambahkan, pengusaha sawit berharap Pemprov Sumsel segera memperkuat industri hilir dengan memacu investasi industri yang dapat memanfaatkan CPO dalam negeri. Hal tersebut akan mencegah anjloknya harga sawit saat kondisi pasar di luar negeri sedang lesu.

Infrastruktur

Pengusaha juga berharap pemerintah dapat membangun infrastruktur jalan yang layak di sentra-sentra perkebunan sawit. Itu bertujuan meningkatkan efisiensi sehingga harga sawit petani bisa tinggi.

”Selama ini biaya transportasi mencapai Rp 150 per kilogram karena jalan menuju ke perkebunan relatif buruk. Jika jalannya lebih mulus, mungkin biaya transportasi lebih murah,” ujar Sumarjono.

Kepala Dinas Perkebunan Sumsel Syamuil Chatib mengatakan, krisis yang melanda sektor perkebunan sawit dan karet di Sumsel akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Sumsel karena lebih dari 4.000 pekerja terlibat di dalamnya. (WAD/BOY)

Tidak ada komentar: