KOMPAS/RIZA FATHONI / Kompas Images Menteri Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Peter Chin Fah Kui (kiri) bersama Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Jakarta, Kamis (6/11), melakukan konperensi pers seusai membuat kesepakatan untuk mengelola stok minyak sawit dan karet alam kedua negara guna meningkatkan harga dua komoditas itu. |
Jakarta, Kompas - Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat mengurangi produksi dan menaikkan konsumsi minyak kelapa sawit mentah serta karet. Kesepakatan ini diharapkan dapat meningkatkan harga dua komoditas itu di pasar internasional. Minyak sawit mentah dan karet adalah produk andalan kedua negara.
Kesepakatan itu dibuat oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Peter Chin Fah Kui, Kamis (6/11) di Jakarta. Indonesia dan Malaysia memasok 85 persen dari minyak sawit mentah (CPO) dunia. Sekitar 45 persen karet alam dunia dipasok Indonesia dan Malaysia.
Langkah kedua negara mengelola stok CPO dan karet alam secara bersama-sama itu, menurut Anton, diharapkan dapat mengendalikan harga dua komoditas itu agar tidak terus anjlok.
”Pengelolaan stok dengan mengurangi produksi kedua komoditas itu agar tidak berlebih sehingga dapat mendorong kenaikan harga,” katanya.
Menurut Direktur Jenderal Perkebunan Achmad Mangga Barani, Indonesia akan meremajakan 50.000 hektar tanaman sawit. Dengan asumsi produktivitas 1,5 ton CPO per hektar per tahun, Indonesia bakal mengurangi pasokan sekitar 75.000 ton CPO. Diperkirakan produksi CPO Indonesia tahun 2008 mencapai 18,8 juta ton. Produksi Malaysia sekitar 17 juta ton.
Malaysia, kata Fah Kui, akan meremajakan tanaman sawit seluas 200.000 hektar. Langkah ini bakal mengurangi produksi sampai 500.000 ton.
Saat ini total stok CPO Indonesia dan Malaysia 4 juta ton per bulan. Biasanya hanya 2,5 juta-3 juta ton. Padahal, sejak Maret 2008, siring terjadinya krisis keuangan global, permintaan CPO di pasar dunia turun 70 persen.
Ketua Harian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Derom Bangun menanggapi positif kerja sama mengelola stok CPO ini. Dijelaskan, selama ini pekebun menunda peremajaan karena harga CPO tinggi. Kini, pemerintah dapat mendorong peremajaan dengan memberi insentif. ”Ini pernah dilakukan Malaysia selama 27 bulan, 1999- 2001, dan berhasil menaikkan harga,” kata Derom.
Biodiesel
Upaya lain agar harga CPO meningkat adalah dengan menaikkan permintaan lewat wajib pakai biodiesel. Anton menjelaskan, Indonesia dan Malaysia sepakat meningkatkan konsumsi biodiesel mulai tahun 2009.
Indonesia menerapkan minimum 1 persen untuk substitusi BBM pada transportasi umum dan 2,5 persen untuk industri yang dimulai Januari 2009.
Adapun implementasi program biodiesel sebagai substitusi BBM dengan komposisi maksimal 5 persen mulai diterapkan pada Februari 2009. (MAS/HAM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar