Rabu, 21 Januari 2009 | 00:25 WIB
Pekanbaru, Kompas - Konflik pertanahan di Provinsi Riau sepanjang tahun 2008 mengalami peningkatan signifikan ketimbang tahun 2007. Bila tahun 2007 konflik pertanahan hanya 35 kasus, tahun 2008 meningkat sampai 274 persen atau 96 kasus dengan luas sengketa lebih dari 220.000 hektar.
”Pada tahun 2009, tren peningkatan konflik justru semakin membesar,” ujar Ahmad Zazali, Direktur Eksekutif Lembaga Scale-Up, saat memaparkan catatan akhir tahun 2008 dan prediksi tahun 2009 di Pekanbaru, Selasa (20/1). Catatan yang dikeluarkan Scale-Up merupakan laporan pengaduan masyarakat secara langsung.
Konflik terbesar tahun 2008 adalah kasus terkait lahan perkebunan sebanyak 54 kasus dengan luas sengketa mencapai 101.822 hektar. Disusul konflik dengan industri kehutanan seluas 85.000 hektar. Yang lebih mengkhawatirkan adalah semakin besarnya penyerobotan kawasan konservasi ataupun hutan lindung oleh masyarakat di beberapa daerah, seperti Taman Nasional Tesso Nilo (Kabupaten Pelalawan), Kawasan Lindung Gambut di Semenanjung Kampar, Taman Nasional Bukit Tiga puluh, Kawasan Hutan Mahato, dan Suaka Margasatwa Kerumutan.
”Kami belum memiliki data total penyerobotan kawasan konservasi dan kawasan lindung. Namun, untuk kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan tanah cadangan Tesso Nilo, penyerobotan tanah sudah mencapai 15.000 hektar,” kata Zazali.
Scale-Up juga melihat kaitan peningkatan konflik menjelang pemilihan kepala daerah. ”Pada saat pemilihan Gubernur Riau akhir tahun 2008 terjadi peningkatan konflik masyarakat dengan industri perkebunan di Kabupaten Indragiri Hulu. Kami mengamati, konflik itu meningkat seiring dengan keluarnya beberapa izin perkebunan,” ujar Hary Oktavian, Deputi Direktur Scale-Up.
Pada bagian lain, Zazali memprediksi akan terjadi peningkatan konflik sepanjang 2009. Peningkatan itu disebabkan oleh lima faktor yang saling terkait, yakni pertumbuhan penduduk, membengkaknya pengangguran, penyempitan areal, kebutuhan pangan yang meningkat, dan perambahan besar-besaran terhadap kawasan konservasi. (SAH)
Pekanbaru, Kompas - Konflik pertanahan di Provinsi Riau sepanjang tahun 2008 mengalami peningkatan signifikan ketimbang tahun 2007. Bila tahun 2007 konflik pertanahan hanya 35 kasus, tahun 2008 meningkat sampai 274 persen atau 96 kasus dengan luas sengketa lebih dari 220.000 hektar.
”Pada tahun 2009, tren peningkatan konflik justru semakin membesar,” ujar Ahmad Zazali, Direktur Eksekutif Lembaga Scale-Up, saat memaparkan catatan akhir tahun 2008 dan prediksi tahun 2009 di Pekanbaru, Selasa (20/1). Catatan yang dikeluarkan Scale-Up merupakan laporan pengaduan masyarakat secara langsung.
Konflik terbesar tahun 2008 adalah kasus terkait lahan perkebunan sebanyak 54 kasus dengan luas sengketa mencapai 101.822 hektar. Disusul konflik dengan industri kehutanan seluas 85.000 hektar. Yang lebih mengkhawatirkan adalah semakin besarnya penyerobotan kawasan konservasi ataupun hutan lindung oleh masyarakat di beberapa daerah, seperti Taman Nasional Tesso Nilo (Kabupaten Pelalawan), Kawasan Lindung Gambut di Semenanjung Kampar, Taman Nasional Bukit Tiga puluh, Kawasan Hutan Mahato, dan Suaka Margasatwa Kerumutan.
”Kami belum memiliki data total penyerobotan kawasan konservasi dan kawasan lindung. Namun, untuk kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan tanah cadangan Tesso Nilo, penyerobotan tanah sudah mencapai 15.000 hektar,” kata Zazali.
Scale-Up juga melihat kaitan peningkatan konflik menjelang pemilihan kepala daerah. ”Pada saat pemilihan Gubernur Riau akhir tahun 2008 terjadi peningkatan konflik masyarakat dengan industri perkebunan di Kabupaten Indragiri Hulu. Kami mengamati, konflik itu meningkat seiring dengan keluarnya beberapa izin perkebunan,” ujar Hary Oktavian, Deputi Direktur Scale-Up.
Pada bagian lain, Zazali memprediksi akan terjadi peningkatan konflik sepanjang 2009. Peningkatan itu disebabkan oleh lima faktor yang saling terkait, yakni pertumbuhan penduduk, membengkaknya pengangguran, penyempitan areal, kebutuhan pangan yang meningkat, dan perambahan besar-besaran terhadap kawasan konservasi. (SAH)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/01/21/00255986/provinsi.riau.semakin.rawan.terhadap.konflik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar