Jakarta, Kompas - Tren penurunan harga minyak kelapa sawit mentah atau CPO tampaknya masih akan terus berlanjut. Para importir mulai mengurangi pembeliannya sehingga transaksi CPO di pasar internasional relatif sepi.
CPO diperdagangkan di Malaysia, Rabu (3/9), pada harga 749 dollar AS per ton. Namun, penawaran untuk pengiriman September 2008 tersebut kurang mendapat respons dari peminat.
Kondisi serupa juga terjadi di Rotterdam, Belanda. Produk CPO untuk pengiriman September 2008 dijual 825 dollar AS per ton. Adapun untuk pengapalan bulan Oktober sampai Desember 2008, CPO dari Malaysia dan Sumatera ditawarkan seharga 820 dollar AS per ton.
Di pasar lokal, lelang CPO di Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan Nusantara di Jakarta, Rabu (3/9), mencatat harga tertinggi Rp 6.660 per kilogram dan terendah Rp 6.270 per kg. Namun, tidak ada transaksi karena peminat menawarkan harga pembelian yang berkisar Rp 6.103 per kg-Rp 6.528 per kg.
Dihubungi di Medan, Direktur Utama PT Anugerah Langkat Makmur Musa Rajekshah mengakui, tingkat permintaan CPO menurun selama sebulan terakhir di tengah meningkatnya produksi.
Kondisi ini menyebabkan harga CPO terus bergerak turun. Permintaan CPO untuk pasar domestik juga belum mengalami pertumbuhan berarti.
”Peningkatan permintaan untuk kebutuhan Ramadhan dan Lebaran memang mulai terjadi, tetapi jumlahnya belum terlalu signifikan,” ujar Rajekshah.
Rajekshah menambahkan, kenaikan permintaan diperkirakan terjadi mulai Oktober 2008. Pada saat itu, harga CPO diharapkan naik. Hal senada juga diungkapkan Direktur PT Sampoerna Agro Tbk Yasin Chandra.
Menurut Yasin, yang dihubungi di Palembang, harga CPO berpeluang naik pada Oktober 2008. ”Kenaikan terjadi karena permintaan di pasar internasional untuk kebutuhan hari besar keagamaan meningkat,” ujarnya.
Importir juga akan menambah volume pembelian untuk mengantisipasi libur panjang yang berlangsung sejak Natal sampai Tahun Baru 2009.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, pemerintah harus memanfaatkan peluang dari penurunan harga CPO untuk mendukung industri hilir.
”Industri hilir bisa meningkatkan nilai tambah CPO sehingga mendukung kinerja ekspor nasional,” kata Sahat. (ham)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar