Jakarta, Kompas - Tingkat permintaan minyak kelapa sawit mentah atau CPO dunia tahun 2009 bakal tumbuh 7,3 persen dari 41,1 juta ton tahun 2008 menjadi 44,35 juta ton. Namun, pertumbuhan ini belum mampu mendorong harga CPO naik kembali karena volume produksi masih tetap lebih tinggi daripada konsumsi.
Menurut laporan Oil World yang diterima pada Minggu (7/9), produksi CPO internasional tahun 2009 mencapai 44,6 juta ton, naik dari 42,3 juta ton tahun 2008. Indonesia dan Malaysia merupakan dua produsen utama yang memasok 85 persen kebutuhan CPO dunia.
Selama ini, pertumbuhan konsumsi CPO berkisar 5 persen-6 persen per tahun. Semakin banyaknya industri pembangkit listrik di Amerika Serikat dan Eropa yang memakai biodiesel berbahan baku CPO serta pertumbuhan perekonomian China dan India telah menambah jumlah konsumsi.
Harga merosot
Selama semester I-2008, harga CPO terus membubung seiring lonjakan harga minyak mentah dunia. Harga CPO di Rotterdam mencapai level tertinggi pada akhir Juni 2008, yaitu 1.300 dollar AS per ton.
Namun, harga CPO terus merosot sejak Juli-September 2008 karena berkurangnya permintaan akibat melambatnya kinerja perekonomian global. Harga minyak mentah dunia yang melemah dan laporan meningkatnya produksi minyak kedelai dan bunga matahari di Amerika Latin, Amerika Serikat, dan Eropa semakin menekan harga CPO.
Dalam transaksi di Rotterdam, Jumat (5/9), CPO untuk pengiriman Oktober ditawarkan 800 dollar AS per ton. Adapun untuk Januari-Maret 2009 dijual seharga 822 dollar AS per ton.
Sementara di Malaysia harga CPO di pelabuhan eksportir sudah mencapai 723 dollar AS per ton, lebih rendah dari 732 dollar AS per ton pada Agustus 2007.
Petani terjepit
Penurunan harga CPO internasional tentu turut menyebabkan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit domestik merosot. Harga TBS petani mandiri di berbagai daerah saat ini berkisar Rp 700 per kilogram-Rp 900 per kilogram.
Menurut Suwardi, petani mandiri di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, harga TBS terus anjlok dari Rp 1.100 per kilogram pada awal Agustus menjadi Rp 800 per kilogram selama September. Kondisi serupa juga dialami Adi, petani di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Petani mandiri kini semakin terjepit di antara harga TBS yang murah dan kenaikan harga pupuk.
Untuk petani plasma, yang bermitra dengan perusahaan perkebunan, mereka masih menikmati harga TBS di kisaran Rp 1.000-Rp 1.400 per kilogram.
Direktur Utama PT Anugerah Langkat Makmur Musa Rajekshah saat dihubungi di Medan mengatakan, wilayah Sumatera Utara tengah mengalami masa panen puncak sehingga pasokan TBS melimpah.
”Saat ini kami membeli TBS petani Rp 1.000-Rp 1.300 per kilogram,” kata Rajekshah.
Direktur PT Sampoerna Agro Tbk Yasin Chandra yang dihubungi di Palembang mengatakan, pihaknya tetap membeli TBS kelapa sawit petani walau produksi melimpah. ”Selama masih ada margin, tetap kami tampung,” ujar Yasin. (HAM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar