Kejadian terjadi di lokasi penggalian kanal di lahan bersengketa Desa Dompas yang berjarak beberapa kilometer dari perkampungan warga. Konflik berdarah nyaris terjadi, bila petugas kepolisian terlambat datang.
Informasi yang berhasil dirangkum, sekitar 200-an warga Dompas bersiaga dengan senjata tajam seperti parang, kayu dan sebagainya seperti hendak berperang dengan pekerja PT SDA.
Sebelumnya pada Selasa (7/2) petang pukul 17.00 hingga 19.00 WIB, PT SDA juga mensiagakan puluhan personil security maupun pekerja lapangan yang dipersenjatai senjata tajam seperti samurai.
“Kami warga di sini sudah siap melawan apabila orang PT Surya Dumai tadinya tidak mundur. Mereka mempersenjatai pekerja di sana dengan senjata tajam yaitu samurai untuk menghadang kami,” ungkap Diding, salah seorang warga Dompas di lokasi kejadian.
Massa sudah terlihat marah dan hilang kesabaran pada operasional PT SDA yang mereka nilai terus melakukan penyerobotan
lahan. Sebab, di dalamnya terdapat perkebunan yang dikelola oleh warga Dompas. Diding menyebut, PT SDA sudah semena-mena menyerobot lahan milik warga dan menguasainya. Di antara kerumunan massa terlihat juga Kepala Desa Dompas, Helmi.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dompas, Syaiful Bahri, serta ratusan warga turun langsung meninjau lokasi. Menurut Ketua BPD, Syaiful Bahrie, dan Kepala Desa Dompas, Helmi, bentrokan dan perang senjata tajam yang hampir saja terjadi karena disulut oleh ulah PT SDA yang terus menggali kanal pada Selasa (7/2) sore itu.
Dijelaskan Syaiful, beberapa warga melakukan pemotretan untuk dijadikan barang bukti bahwa PT SDA tidak tunduk pada kesepakatan untuk menghentikan sementara operasional menjelang ada solusi.
Namun warga yang melakukan pemotretan mendapat penjegalan dari security PT SDA di lapangan, warga dilarang memfoto bahkan ditakut-takuti dengan puluhan personil security yang membawa senjata tajam jenis samurai.
“Apa mereka mau meniru tragedi di Mesuji? Tak usah menakut-nakuti warga di sini dengan personil security PT SDA yang lebih satu pleton diturunkan itu. Bahkan mereka mengenakan topeng dan bersamurai seperti algojo,” ungkap Ketua BPD Syaiful Bahri, dengan nada geram.
Beberapa warga yang sore itu dihadang melakukan pemotretan terpaksa mundur karena kalah jumlah maupun senjata. Begitu usai Maghrib, ternyata warga Dompas tak tinggal diam.
Kepala Desa dan Ketua BPD memboyong ratusan warga menuju lokasi PT SDA. Masyarakat tampaknya siap perang dengan membawa sejumlah senjata tajam untuk menandingi kekuatan personil PT SDA.
Setelah ratusan warga berdatangan, pihak SDA sendiri mundur karena kalah jumlah, namun tetap berada di lokasi tak jauh dari konsentrasi massa warga Dompas. Disampaikan Syaiful, masyarakat Dompas mendesak Pemkab Bengkalis tidak tutup mata dan mesti segera bertindak.
“Jika memang pemerintah memiliki kepedulian terhadap masyarakat, masalah ini sudah 4 tahun belum ada titik temu. Ini kok terkesan dibiarkan berlarut-larut, hingga nyaris terjadi bentrok berdarah,” tegas Syaiful lagi.
Beruntung, Kapolsek Bukit Batu, Kompol Edward, cepat tanggap. Menerima informasi tersebut, Kapolsek bersama sejumlah personilnya langsung turun ke TKP untuk melakukan pengamanan serta mengantisipasi terjadinya pertumpahan darah antara kedua belah pihak.
“Jangan sampai terjadi pertumpahan darah atau bentrokan, karenakekerasan bukan jalan tengah yang akan merugikan semua pihak,” pinta Kompol Edward di hadapan ratusan warga Dompas di TKP.
Di lokasi tersebut, Kapolsek menemui Kepala Desa dan Ketua BPD Dompas meminta kepada kedua tokoh ini untuk meredam kemarahan massa, demi menghindari bentrokan.
“Kami sampaikan kita dari kepolisian secara serius menjalankan fungsi Kamtibnas. Kita ingin melindungi jangan sampai ada bentrokan. Mengenai operasional PT SDA, sekali lagi sudah kita hubungi pihak perusahaan untuk menghentikan penggalian kanal di kawasan Desa Dompas sebelum ada kesepakatan dan solusi,” ujar Edward, yang diterima warga.
Usai mendapatkan penjelasan dari Kapolsek, Kepala Desa Dompas Helmi mengajak warganya untuk dapat memahami persoalan menjelang ada kesepakatan berikutnya. Ratusan warga sekitar pukul 22.00 WIB membubarkan diri meninggalkan lokasi sambil menunggu solusi yang akan dibuat oleh pihak-pihak berkompeten.
Sementara itu, pihak Humas PT SDA Zulhija yang dihubungi pada Rabu (8/2) mengatakan belum tahu persis kronologi yang terjadi pada malam tersebut, antara petugas di lapangan dengan masyarakat Dompas. Ia menyebut perusahaan tidak menginginkan terjadi bentrokan dalam bentuk apapun.
“Saya belum tahu persis tentang kejadian tadi malam, dan saat ini kita masih sedang mencari informasi kronologisnya Pak,” kata Zulhija, Kepala Humas PT SDA wilayah Kabupaten Bengkalis.(win/evi/rpg)