Sabtu, 13 Desember 2008 | 01:18 WIB
Banda Aceh, Kompas - Tim Penyusun Rencana Strategis Pengelolaan Hutan Aceh tidak merekomendasikan rencana Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit di sejumlah wilayah. Peningkatan produktivitas hasil perkebunan kelapa sawit dengan luasan lahan perkebunan yang ada harus menjadi pilihan dibandingkan ekstensifikasi lahan.
Graham Usher, anggota TPRSPHA-Pemprov NAD, dalam paparannya saat Lokakarya Multi-pihak Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Banda Aceh, Jumat (12/12), mengatakan, kondisi lingkungan tidak memungkinkan adanya ekstensifikasi perkebunan sawit di wilayah ini.
”Tidak direkomendasikan adanya ekstensifikasi atau perluasan lahan untuk perkebunan kelapa sawit,” katanya.
Graham menjelaskan, hasil kajian tim TPRSPHA, kondisi geologi lingkungan Aceh sudah tidak memungkinkan adanya pembukaan lahan baru perkebunan sawit. Meskipun ada rawa gambut yang bisa ditanami dengan kelapa sawit, hal itu sama sekali tidak direkomendasikan untuk dilakukan lagi.
Dia menjelaskan, dari total luas hutan di Aceh sekitar 3,5 juta hektar, yang berada dalam kondisi cukup baik hanya 58-60 persen. Sisanya, katanya, sudah dalam kondisi yang rusak parah. ”Sebaiknya tidak ada pengurangan luasan hutan kembali,” katanya.
Perluasan
Pemprov NAD sendiri berencana memperluas perkebunan kelapa sawit dalam beberapa tahun mendatang. Rencananya, program pengembangan kelapa sawit yang termasuk dalam program Aceh Green tersebut akan mengembangkan sekitar 200.000 hektar lagi perkebunan kelapa sawit.
Graham mengakui tidak adanya kesamaan persepsi antara perencanaan di tingkat makro (pemerintah provinsi) dan dinas-dinas teknis serta pemerintah kabupaten/kota lainnya. ”Persepsi mereka, membuka lahan baru. Bukan memberdayakan lahan tidur,” katanya.
Rendah
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Perkebunan Daerah NAD Sabri Basyah mengakui, saat ini tingkat produktivitas perkebunan di Aceh masih sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional. Tingkat produktivitas lahan perkebunan kelapa sawit di tingkat nasional, katanya, sudah mencapai lebih dari 3 ton minyak kelapa sawit mentah per hektar. ”Sedangkan di Aceh masih kurang dari 1 ton per hektar. Sangat rendah,” katanya. (MHD)
Banda Aceh, Kompas - Tim Penyusun Rencana Strategis Pengelolaan Hutan Aceh tidak merekomendasikan rencana Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit di sejumlah wilayah. Peningkatan produktivitas hasil perkebunan kelapa sawit dengan luasan lahan perkebunan yang ada harus menjadi pilihan dibandingkan ekstensifikasi lahan.
Graham Usher, anggota TPRSPHA-Pemprov NAD, dalam paparannya saat Lokakarya Multi-pihak Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Banda Aceh, Jumat (12/12), mengatakan, kondisi lingkungan tidak memungkinkan adanya ekstensifikasi perkebunan sawit di wilayah ini.
”Tidak direkomendasikan adanya ekstensifikasi atau perluasan lahan untuk perkebunan kelapa sawit,” katanya.
Graham menjelaskan, hasil kajian tim TPRSPHA, kondisi geologi lingkungan Aceh sudah tidak memungkinkan adanya pembukaan lahan baru perkebunan sawit. Meskipun ada rawa gambut yang bisa ditanami dengan kelapa sawit, hal itu sama sekali tidak direkomendasikan untuk dilakukan lagi.
Dia menjelaskan, dari total luas hutan di Aceh sekitar 3,5 juta hektar, yang berada dalam kondisi cukup baik hanya 58-60 persen. Sisanya, katanya, sudah dalam kondisi yang rusak parah. ”Sebaiknya tidak ada pengurangan luasan hutan kembali,” katanya.
Perluasan
Pemprov NAD sendiri berencana memperluas perkebunan kelapa sawit dalam beberapa tahun mendatang. Rencananya, program pengembangan kelapa sawit yang termasuk dalam program Aceh Green tersebut akan mengembangkan sekitar 200.000 hektar lagi perkebunan kelapa sawit.
Graham mengakui tidak adanya kesamaan persepsi antara perencanaan di tingkat makro (pemerintah provinsi) dan dinas-dinas teknis serta pemerintah kabupaten/kota lainnya. ”Persepsi mereka, membuka lahan baru. Bukan memberdayakan lahan tidur,” katanya.
Rendah
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Perkebunan Daerah NAD Sabri Basyah mengakui, saat ini tingkat produktivitas perkebunan di Aceh masih sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional. Tingkat produktivitas lahan perkebunan kelapa sawit di tingkat nasional, katanya, sudah mencapai lebih dari 3 ton minyak kelapa sawit mentah per hektar. ”Sedangkan di Aceh masih kurang dari 1 ton per hektar. Sangat rendah,” katanya. (MHD)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/13/01184490/ekstensifikasi.lahan.sawit.ditolak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar