Jum'at, 17 April 2009 , 07:27:00
PEKANBARU (RP) - Harga komoditi kelapa sawit di tingkat petani saat terus mengalami kenaikan. Bahkan dari rapat penetapan harga kelapa sawit yang dilakukan Dinas Perkebunan Riau bersama sejumlah koperasi petani sawit dan perusahaan besar yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, harga kelapa sawit untuk pola kemitraan telah mencapai kisaran Rp1.420 per kilogram
Menurut Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC kepada Riau Pos,, harga TBS yang disepakati di Riau mengalami kenaikan yang cukup besar. Hal ini terjadi karena semakin membaiknya harga crude palm oil (CPO) di pasaran internasional.
‘’Harga terendah adalah Rp1016,03 per kilogram untuk TBS umur tiga tahun. Sedangkan harga tertingi mencapai Rp1420,64 per kilogram untuk umur tanaman 10 tahun,’’ ucap Ferry.
Kenaikan harga TBS tak hanya dirasakan oleh petani yang tergabung dalam pola kemitraan, namun juga pada petani sawit pola swadaya yang banyak di Riau.
Untuk harga kelapa sawit khususnya di wilayah Kabupaten Rohil juga sudah berangsur naik mencapai antara Rp1.000 hingga Rp1.300 per kilogram. Dengan naiknya harga kelapa sawit tersebut setidaknya memberikan dampak positif. Dimana, ekonomi pendapatan ekonomi masyarakat melalui sektor perkebunan kelapa sawit sudah mulai membaik.
‘’Waktu harganya jatuh, apapun tidak kita dapatkan. Malahan, setiap kali panen, kita terus merugi. Bayangkan saja, harga jualnya mencapai sekitar Rp300 per kilogram. Hasil yang didapatkan dengan harga yang segini murah ini tidak cukup untuk membayar upah. Apalagi buat merawat kebun,’’ kata B Tambunan (44) salah seorang petani kelapa sawit di Balam, Kecamatan Bangkopusako.
Sewaktu harga kelapa sawit merosot tajam, pendapatan ekonomi masyarakat memang mengalami guncangan yang cukup hebat. Malahan, ada sebagian masyarakat khususnya yang memiliki sepedamotor dengan cara pembayaran sistim anguran setelah menjual kelapa sawit terpaksa ditarik kembali oleh dialer.
Dengan naiknya harga jual kelapa sawit yang mencapai antara Rp1.000 per kilogram hingga sampai Rp1.300 per kilogram di tingkat petani, setidaknya telah memberikan kecerahan bagi masyarakat khususnya yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit.
Sementara, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Rohil, H Muhammad Rusli Syarief S.Sos yang dihubungi Riau Pos, Kamis (16/4) di
Bagansiapi-api membenarkan hal tersebut. ‘’Berdasarkan hasil pantuan kita di lapangan, kondisinya memang seperti itu. Dimana, harga kelapa sawit sudah kembali bergairah setelah sempat merosot akibat krisis ekonomi global. Malahan, harga kelapa sawit itu sudah berada di level tertinggi yakni sekitar Rp1.400 per kilogram,’’ kata Rusli.
Melihat kondisi perkembangan ekonomi saat ini, lanjut Rusli, diprediksikan harga kelapa sawit dengan harga Rp1.400 per kilogram bisa bertahan lama. Hanya saja, pergerakan dan perputaran ekonomi sangat sulit diprediksikan mengingat sangat berkaitan dengan semua sektor lainnya. ‘’Makanya, kalau harga sampai mencapai segitu, artinya kita harus siap-siap menerima kalau nanti harganya jatuh. Karena, perkembangan ekonomi itu sangat sulit diprediksikan,’’ kata Rusli. (sah)
Pupuk Langka
Dalam pada itu, naiknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Indragiri Hilir (Inhil) sejak dua bulan terakhir, sudah mampu membuat petani tersenyum. Sayangnya, naiknya harga hasil perkebunan itu berbanding terbalik dengan ketersediaan pupuk jenis urea di pasaran.
Sampai Kamis (16/4) petani daerah ini masih mengeluhkan susahnya mencari pupuk jenis urea. Meningkatnya harga komoditi itu secara langsung terlihat dari meningkatnya jumlah kunjungan warga di pasar tradisional. Aktivitas pemeliharaan kebun pun jauh meningkat. Selain itu, mereka yang tadinya sudah tidak bersemangat lagi dan ingin menjual kebun miliknya. Banyak yang mengurungkan niat tersebut. Perkebunan kini di pandang cukup prospek untuk dijadikan pegangan. Di Inhil, hal yang paling berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat adalah harga kopra. Lebih enam puluh persen penduduk daerah ini memiliki mata pencaharian di bidang itu. Sedangkan kebun sawit baru digeluti sebagian masyarakat sekitar tiga tahun terakhir.
Laju pembelian sepeda motor yang sempat melorot beberapa bulan lalu saat harga TBS dan kopra jatuh, saat ini terlihat mulai mengalami peningkatan, sejumlah dealer sepeda motor, tampak dipenuhi kembali oleh warga yang ingin membeli kendaraan tersebut. Dua tahun lalu, kala harga kelapa demikian tinggi, setiap harinya ada saja petani yang membeli sarana perhubungan tersebut. Di pedesaan, aroma petani sedang menyalai kopranya sangat mudah ditemukan. Sedangkan pada pinggiran jalan raya di Inhil, jejeran TBS yang ditempatkan petani juga sangat mudah ditemukan. Aktivitas bongkar muat TBS itu jauh lebih tinggi dibandingkan biasanya. Pembeli sudah demikian aktif memburu hasil perkebunan masyarakat ini.
Ketika harga TBS sedang anjlok beberapa waktu lalu. Tidak ada satupun pembeli yang aktif di lapangan. Jangankan untuk datang ke pemukiman, pembeli yang berkeliling menggunakan truk juga sangat langka. TBS pun dibiarkan begitu saja oleh petani membusuk di pohon sawit milik mereka.(sah/yon/izl)
Menurut Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC kepada Riau Pos,, harga TBS yang disepakati di Riau mengalami kenaikan yang cukup besar. Hal ini terjadi karena semakin membaiknya harga crude palm oil (CPO) di pasaran internasional.
‘’Harga terendah adalah Rp1016,03 per kilogram untuk TBS umur tiga tahun. Sedangkan harga tertingi mencapai Rp1420,64 per kilogram untuk umur tanaman 10 tahun,’’ ucap Ferry.
Kenaikan harga TBS tak hanya dirasakan oleh petani yang tergabung dalam pola kemitraan, namun juga pada petani sawit pola swadaya yang banyak di Riau.
Untuk harga kelapa sawit khususnya di wilayah Kabupaten Rohil juga sudah berangsur naik mencapai antara Rp1.000 hingga Rp1.300 per kilogram. Dengan naiknya harga kelapa sawit tersebut setidaknya memberikan dampak positif. Dimana, ekonomi pendapatan ekonomi masyarakat melalui sektor perkebunan kelapa sawit sudah mulai membaik.
‘’Waktu harganya jatuh, apapun tidak kita dapatkan. Malahan, setiap kali panen, kita terus merugi. Bayangkan saja, harga jualnya mencapai sekitar Rp300 per kilogram. Hasil yang didapatkan dengan harga yang segini murah ini tidak cukup untuk membayar upah. Apalagi buat merawat kebun,’’ kata B Tambunan (44) salah seorang petani kelapa sawit di Balam, Kecamatan Bangkopusako.
Sewaktu harga kelapa sawit merosot tajam, pendapatan ekonomi masyarakat memang mengalami guncangan yang cukup hebat. Malahan, ada sebagian masyarakat khususnya yang memiliki sepedamotor dengan cara pembayaran sistim anguran setelah menjual kelapa sawit terpaksa ditarik kembali oleh dialer.
Dengan naiknya harga jual kelapa sawit yang mencapai antara Rp1.000 per kilogram hingga sampai Rp1.300 per kilogram di tingkat petani, setidaknya telah memberikan kecerahan bagi masyarakat khususnya yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit.
Sementara, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Rohil, H Muhammad Rusli Syarief S.Sos yang dihubungi Riau Pos, Kamis (16/4) di
Bagansiapi-api membenarkan hal tersebut. ‘’Berdasarkan hasil pantuan kita di lapangan, kondisinya memang seperti itu. Dimana, harga kelapa sawit sudah kembali bergairah setelah sempat merosot akibat krisis ekonomi global. Malahan, harga kelapa sawit itu sudah berada di level tertinggi yakni sekitar Rp1.400 per kilogram,’’ kata Rusli.
Melihat kondisi perkembangan ekonomi saat ini, lanjut Rusli, diprediksikan harga kelapa sawit dengan harga Rp1.400 per kilogram bisa bertahan lama. Hanya saja, pergerakan dan perputaran ekonomi sangat sulit diprediksikan mengingat sangat berkaitan dengan semua sektor lainnya. ‘’Makanya, kalau harga sampai mencapai segitu, artinya kita harus siap-siap menerima kalau nanti harganya jatuh. Karena, perkembangan ekonomi itu sangat sulit diprediksikan,’’ kata Rusli. (sah)
Pupuk Langka
Dalam pada itu, naiknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Indragiri Hilir (Inhil) sejak dua bulan terakhir, sudah mampu membuat petani tersenyum. Sayangnya, naiknya harga hasil perkebunan itu berbanding terbalik dengan ketersediaan pupuk jenis urea di pasaran.
Sampai Kamis (16/4) petani daerah ini masih mengeluhkan susahnya mencari pupuk jenis urea. Meningkatnya harga komoditi itu secara langsung terlihat dari meningkatnya jumlah kunjungan warga di pasar tradisional. Aktivitas pemeliharaan kebun pun jauh meningkat. Selain itu, mereka yang tadinya sudah tidak bersemangat lagi dan ingin menjual kebun miliknya. Banyak yang mengurungkan niat tersebut. Perkebunan kini di pandang cukup prospek untuk dijadikan pegangan. Di Inhil, hal yang paling berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat adalah harga kopra. Lebih enam puluh persen penduduk daerah ini memiliki mata pencaharian di bidang itu. Sedangkan kebun sawit baru digeluti sebagian masyarakat sekitar tiga tahun terakhir.
Laju pembelian sepeda motor yang sempat melorot beberapa bulan lalu saat harga TBS dan kopra jatuh, saat ini terlihat mulai mengalami peningkatan, sejumlah dealer sepeda motor, tampak dipenuhi kembali oleh warga yang ingin membeli kendaraan tersebut. Dua tahun lalu, kala harga kelapa demikian tinggi, setiap harinya ada saja petani yang membeli sarana perhubungan tersebut. Di pedesaan, aroma petani sedang menyalai kopranya sangat mudah ditemukan. Sedangkan pada pinggiran jalan raya di Inhil, jejeran TBS yang ditempatkan petani juga sangat mudah ditemukan. Aktivitas bongkar muat TBS itu jauh lebih tinggi dibandingkan biasanya. Pembeli sudah demikian aktif memburu hasil perkebunan masyarakat ini.
Ketika harga TBS sedang anjlok beberapa waktu lalu. Tidak ada satupun pembeli yang aktif di lapangan. Jangankan untuk datang ke pemukiman, pembeli yang berkeliling menggunakan truk juga sangat langka. TBS pun dibiarkan begitu saja oleh petani membusuk di pohon sawit milik mereka.(sah/yon/izl)
3 komentar:
apakah harga kelapa sawit akan terus meningkat ? dan harga karet jga tetap baik
kenapa harga sawit untuk petani swadaya belum naik juga, harga masih rp 800,- per kg.
kenapa harga kelapa sawit berbeda di tiap2 daerah ???
Posting Komentar