Rabu, 21 April 2010 | 04:16 WIB
Medan, Kompas - Sebanyak 24.970 hektar atau sekitar 12,3 persen dari seluruh lahan sawah nonirigasi yang ada di Sumatera Utara menghilang selama tahun 2008-2009. Kebanyakan lahan berubah menjadi perkebunan kelapa sawit.
Meskipun demikian, lahan sawah irigasi meningkat setelah pemerintah menggalakkan program pencetakan sawah baru di Sumut.
Hingga tahun 2009, tercetak sawah baru seluas 10.705 hektar. Dengan demikian, lahan sawah yang hilang mencapai 14.265 hektar atau 2,98 persen dari seluruh lahan sawah yang dimiliki Sumut.
”Kondisi ini sangat memprihatinkan. Di satu sisi, pemerintah berusaha mencetak sawah baru lewat dana APBN. Di sisi lain, sawah juga terkonversi menjadi lahan perkebunan, khususnya sawit,” tutur Kepala Sub-Bagian Program Dinas Pertanian Sumut Lusyantini, Selasa (20/4).
Salah satu penyebab besarnya konversi lahan persawahan menjadi lahan sawit adalah karena belum tersosialisasinya Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang lahan pertanian abadi.
Kebanyakan kabupaten/kota hingga saat ini belum mempunyai tata ruang yang melindungi lahan persawahan petani sehingga dengan mudah lahan bisa dikonversi menjadi kawasan penggunaan lain yang lebih menguntungkan secara ekonomis.
Ini disebabkan produktivitas padi lahan kering sangat rendah, mencapai 3 ton per hektar dengan masa panen 4-5 bulan. ”Varietas padi gogo unggul belum familier digunakan oleh petani,” lanjut Lusyantini.
Daerah-daerah yang memiliki kawasan padi kering terluas di Sumut adalah Kabupaten Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, dan Langkat.
Adapun lahan bukan pertanian, seperti rawa-rawa dan hutan negara, yang beralih menjadi lahan sawit mencapai 383.155 hektar hingga tahun 2009.
Dengan kemarau yang diperkirakan akan panjang tahun ini, Lusyantini memperkirakan, tahun ini kondisi pertanian akan lebih berat dibandingkan dengan tahun lalu. Sebagai contoh, anomali cuaca selama bulan Maret yang terjadi di Sumut menyebabkan 39,5 hektar lahan padi di Kecamatan Tarabitang, Humbang Hasundutan, dilanda banjir. Sementara di Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, terjadi padi puso seluas 10 hektar.
Musim hujan di Sumut yang sudah mundur satu-dua bulan serta pergeseran masa tanam juga membuat realisasi tanam di beberapa daerah mulai terhambat.
Di Kabupaten Batubara, realisasi penanaman padi hingga bulan Maret baru 38,31 persen dari target, sementara di Humbang Hasundutan baru 43,77 persen, di Deli Serdang baru 45,82 persen, dan di Simalungun 73,12 persen. Di Sumut, realisasi penanaman padi baru 86,50 persen atau 112.000 hektar dari target 140.000 hektar.
Adapun realisasi tanaman kedelai baru 58,81 persen, sementara tanaman jagung 98,41 persen. Lahan yang sudah dipanen sejak Januari hingga Februari hingga kini belum bisa ditanami kembali. (WSI)
Medan, Kompas - Sebanyak 24.970 hektar atau sekitar 12,3 persen dari seluruh lahan sawah nonirigasi yang ada di Sumatera Utara menghilang selama tahun 2008-2009. Kebanyakan lahan berubah menjadi perkebunan kelapa sawit.
Meskipun demikian, lahan sawah irigasi meningkat setelah pemerintah menggalakkan program pencetakan sawah baru di Sumut.
Hingga tahun 2009, tercetak sawah baru seluas 10.705 hektar. Dengan demikian, lahan sawah yang hilang mencapai 14.265 hektar atau 2,98 persen dari seluruh lahan sawah yang dimiliki Sumut.
”Kondisi ini sangat memprihatinkan. Di satu sisi, pemerintah berusaha mencetak sawah baru lewat dana APBN. Di sisi lain, sawah juga terkonversi menjadi lahan perkebunan, khususnya sawit,” tutur Kepala Sub-Bagian Program Dinas Pertanian Sumut Lusyantini, Selasa (20/4).
Salah satu penyebab besarnya konversi lahan persawahan menjadi lahan sawit adalah karena belum tersosialisasinya Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang lahan pertanian abadi.
Kebanyakan kabupaten/kota hingga saat ini belum mempunyai tata ruang yang melindungi lahan persawahan petani sehingga dengan mudah lahan bisa dikonversi menjadi kawasan penggunaan lain yang lebih menguntungkan secara ekonomis.
Ini disebabkan produktivitas padi lahan kering sangat rendah, mencapai 3 ton per hektar dengan masa panen 4-5 bulan. ”Varietas padi gogo unggul belum familier digunakan oleh petani,” lanjut Lusyantini.
Daerah-daerah yang memiliki kawasan padi kering terluas di Sumut adalah Kabupaten Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, dan Langkat.
Adapun lahan bukan pertanian, seperti rawa-rawa dan hutan negara, yang beralih menjadi lahan sawit mencapai 383.155 hektar hingga tahun 2009.
Dengan kemarau yang diperkirakan akan panjang tahun ini, Lusyantini memperkirakan, tahun ini kondisi pertanian akan lebih berat dibandingkan dengan tahun lalu. Sebagai contoh, anomali cuaca selama bulan Maret yang terjadi di Sumut menyebabkan 39,5 hektar lahan padi di Kecamatan Tarabitang, Humbang Hasundutan, dilanda banjir. Sementara di Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, terjadi padi puso seluas 10 hektar.
Musim hujan di Sumut yang sudah mundur satu-dua bulan serta pergeseran masa tanam juga membuat realisasi tanam di beberapa daerah mulai terhambat.
Di Kabupaten Batubara, realisasi penanaman padi hingga bulan Maret baru 38,31 persen dari target, sementara di Humbang Hasundutan baru 43,77 persen, di Deli Serdang baru 45,82 persen, dan di Simalungun 73,12 persen. Di Sumut, realisasi penanaman padi baru 86,50 persen atau 112.000 hektar dari target 140.000 hektar.
Adapun realisasi tanaman kedelai baru 58,81 persen, sementara tanaman jagung 98,41 persen. Lahan yang sudah dipanen sejak Januari hingga Februari hingga kini belum bisa ditanami kembali. (WSI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar