Rabu, 3 Oktober 2012 15:53
http://www.riauterkini.com/usaha.php?arr=51565
Sejumlah petani di Bengkalis memilih membiarkan buah kelapa sawit membusuk. Harga Rp 450 perkilogram membuat mereka tambah rugi jika memanennya.
Riauterkini-BENGKALIS- Anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit hingga mencapai Rp 450 perkilogram (KG) khususnya di Pulau Bengkalis sejak sepekan terakhir. Sejumlah petani sawit di daerah ini, lebih memilih membiarkan buah komoditi tersebut membusuk di pohon.
Sejumlah petani sawit ini beralasan, jika dipaksakan untuk dipanen dan harus dijual kepada tengkulak, menurut mereka sangat tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan dari perkebunan.
“Sawit sekarang harganya sangat murah hanya Rp 400 perkilo. Biasanya kalau turun pun hanya Rp 700-800 perkilo. Kalau dipanen dan dijual pun tak cukup untuk menutupi biaya panen. Lebih baik buahnya dibiarkan saja di kebun jadi tak mengeluarkan biaya apapun,” ujar Sujinah (37), warga Desa Jangkang Kecamatan Bantan saat berbincang dengan riauterkini.com di kediamannya, Rabu (3/10/12).
Demikian halnya disampaikan Yanto (46), petani dari desa yang sama dan sudah menekuni perkebunan sawit sekitar 5 (lima) tahun seluas 2 hektar, juga terpaksa bersabar. Harga TBS yang semakin murah, memaksa dirinya tidak lagi memanen buah sawit dan membiarkannya membusuk di pohon.
“Dengan harga anjlok seperti ini, saya tak pernah panen lagi buah sawit. Hitung-hitung hanya rugi dan hanya besar diongkosnya saja. Jadi, buah yang masak dibiarkan saja membusuk di pohon,” keluhnya.***(dik)
http://www.riauterkini.com/usaha.php?arr=51565
Sejumlah petani di Bengkalis memilih membiarkan buah kelapa sawit membusuk. Harga Rp 450 perkilogram membuat mereka tambah rugi jika memanennya.
Riauterkini-BENGKALIS- Anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit hingga mencapai Rp 450 perkilogram (KG) khususnya di Pulau Bengkalis sejak sepekan terakhir. Sejumlah petani sawit di daerah ini, lebih memilih membiarkan buah komoditi tersebut membusuk di pohon.
Sejumlah petani sawit ini beralasan, jika dipaksakan untuk dipanen dan harus dijual kepada tengkulak, menurut mereka sangat tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan dari perkebunan.
“Sawit sekarang harganya sangat murah hanya Rp 400 perkilo. Biasanya kalau turun pun hanya Rp 700-800 perkilo. Kalau dipanen dan dijual pun tak cukup untuk menutupi biaya panen. Lebih baik buahnya dibiarkan saja di kebun jadi tak mengeluarkan biaya apapun,” ujar Sujinah (37), warga Desa Jangkang Kecamatan Bantan saat berbincang dengan riauterkini.com di kediamannya, Rabu (3/10/12).
Demikian halnya disampaikan Yanto (46), petani dari desa yang sama dan sudah menekuni perkebunan sawit sekitar 5 (lima) tahun seluas 2 hektar, juga terpaksa bersabar. Harga TBS yang semakin murah, memaksa dirinya tidak lagi memanen buah sawit dan membiarkannya membusuk di pohon.
“Dengan harga anjlok seperti ini, saya tak pernah panen lagi buah sawit. Hitung-hitung hanya rugi dan hanya besar diongkosnya saja. Jadi, buah yang masak dibiarkan saja membusuk di pohon,” keluhnya.***(dik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar