Sabtu, 22 September 2012
15:20
Harga TBS dan karet di Rohul melorot tajam. Dua dinas yang menangani persoalan ini saling lempar tanggung jawab.
Riauterkini-PASIRPANGARAIAN- Petani kelapa sawit dan karet di Rokan Hulu kembali mengeluhkan penurunan terhadap dua harga komoditi ini. Pemerintah setempat dinilai lepas tangan, dan terkesan ada "kongkalikong" dengan para toke.
Alasan para petani sangat beralasan. Pasalnya pasca Idul Fitri tahun ini, bukan justru harga normal seperti semula, namun menurun tajam. Penurunan harga dinilai mereka cukup mencekik.
Seperti harga tanda buah segar (TBS) sangat merosot tajam sampai 100 persen. Jika harga semula Rp800 per kilogram (kg), kini harga berada di kisaran Rp400 per kg.
Harga komoditi karet juga mengikuti harga jual TBS ke para tengkulak atau toke. Sebelumnya, harga karet berada di kisaran Rp7.000-Rp8.000 per kg, kini turun drastis antara Rp4.000-Rp5.000 per kg.
Anehnya, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Rohul, Zulkarnin, dikonfirmasi wartawan seputar penurunan dua komoditi ini malah menuding Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Rohul sebagai pihak berkompeten soal penurunan harga komoditi petani.
Pengawasan harga TBS dan karet, menurutnya urusan Dishutbun Rohul, hasil koordinasi dengan Dinas Perkebunan Provinsi Riau sebelumnya.
"Jadi kami jangan disalahkan, masalah penetapan harga karet dan kelapa sawit ada di Dishutbun Rohul," terangnya.
Warga Muara Ngamu, Sungai Dua Indah, Kecamatan Rambah Hilir, mengaku penurunan harga ini cukup pahit.
Hal senada juga disampaikan Darmansyah, warga Pasirpangaraian. Dia minta Pemkab Rohul tidak mempermainkan nasib rakyat, khususnya penekanan terhadap harga komoditi karet dan kelapa sawit.
"Kami berharap Pemkab Rohul serius untuk mengawasi tindak-tanduk pengusaha, sebab dalam hal ini kami dipermainkan dan menambah penderitaan kami," sampainya.***(zal)
Harga TBS dan karet di Rohul melorot tajam. Dua dinas yang menangani persoalan ini saling lempar tanggung jawab.
Riauterkini-PASIRPANGARAIAN- Petani kelapa sawit dan karet di Rokan Hulu kembali mengeluhkan penurunan terhadap dua harga komoditi ini. Pemerintah setempat dinilai lepas tangan, dan terkesan ada "kongkalikong" dengan para toke.
Alasan para petani sangat beralasan. Pasalnya pasca Idul Fitri tahun ini, bukan justru harga normal seperti semula, namun menurun tajam. Penurunan harga dinilai mereka cukup mencekik.
Seperti harga tanda buah segar (TBS) sangat merosot tajam sampai 100 persen. Jika harga semula Rp800 per kilogram (kg), kini harga berada di kisaran Rp400 per kg.
Harga komoditi karet juga mengikuti harga jual TBS ke para tengkulak atau toke. Sebelumnya, harga karet berada di kisaran Rp7.000-Rp8.000 per kg, kini turun drastis antara Rp4.000-Rp5.000 per kg.
Anehnya, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Rohul, Zulkarnin, dikonfirmasi wartawan seputar penurunan dua komoditi ini malah menuding Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Rohul sebagai pihak berkompeten soal penurunan harga komoditi petani.
Pengawasan harga TBS dan karet, menurutnya urusan Dishutbun Rohul, hasil koordinasi dengan Dinas Perkebunan Provinsi Riau sebelumnya.
"Jadi kami jangan disalahkan, masalah penetapan harga karet dan kelapa sawit ada di Dishutbun Rohul," terangnya.
Warga Muara Ngamu, Sungai Dua Indah, Kecamatan Rambah Hilir, mengaku penurunan harga ini cukup pahit.
Hal senada juga disampaikan Darmansyah, warga Pasirpangaraian. Dia minta Pemkab Rohul tidak mempermainkan nasib rakyat, khususnya penekanan terhadap harga komoditi karet dan kelapa sawit.
"Kami berharap Pemkab Rohul serius untuk mengawasi tindak-tanduk pengusaha, sebab dalam hal ini kami dipermainkan dan menambah penderitaan kami," sampainya.***(zal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar