Senin, 24 Mei 2010 | 15:32 WIB
KOMPAS.com — Tak cuma di Indonesia, di negeri jiran Malaysia, industri minyak sawit masih jadi bulan-bulanan banyak kalangan terkait tudingan kerusakan hutan dan sumber daya alam. Menurut catatan Bernama (24/5/2010), Dewan Minyak Sawit Malaysia Datuk Lee Yeow Chor mengemukakan pandangannya mengenai hal itu. "Informasi mengenai tudingan itu pun masih menghiasi media massa," katanya.
Berbicara dalam Konferensi Internasional tentang Kesinambungan Minyak Sawit, Yeow Chor mengatakan, bukan cerita baru kalau industri besar makanan menghentikan sementara waktu pembelian minyak kelapa sawit dari sejumlah pemasok. Di Indonesia, Unilever dan Nestle adalah salah satu contoh. Gara-gara kebijakan itu, kelompok Sinar Mas terpaksa menjadwal ulang pasokannya.
Maka dari itulah, untuk menghadapi tantangan ini, kata Yeow Chor, produsen minyak sawit mesti bergerak cepat untuk memberikan pengertian kepada khalayak soal peran sertanya dalam pelestarian lingkungan. "Kalangan produsen harus terus-menerus melakukan promosi kembali untuk menangkis persoalan-persoalan menyangkut kampanye yang kurang menguntungkan soal kelapa sawit," demikian Yeow Chor.
Berbicara dalam Konferensi Internasional tentang Kesinambungan Minyak Sawit, Yeow Chor mengatakan, bukan cerita baru kalau industri besar makanan menghentikan sementara waktu pembelian minyak kelapa sawit dari sejumlah pemasok. Di Indonesia, Unilever dan Nestle adalah salah satu contoh. Gara-gara kebijakan itu, kelompok Sinar Mas terpaksa menjadwal ulang pasokannya.
Maka dari itulah, untuk menghadapi tantangan ini, kata Yeow Chor, produsen minyak sawit mesti bergerak cepat untuk memberikan pengertian kepada khalayak soal peran sertanya dalam pelestarian lingkungan. "Kalangan produsen harus terus-menerus melakukan promosi kembali untuk menangkis persoalan-persoalan menyangkut kampanye yang kurang menguntungkan soal kelapa sawit," demikian Yeow Chor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar