Welcome To Riau Info Sawit

Kepada pengunjung Blog ini jika ingin bergabung menjadi penulis, silahkan kirim alamat email serta pekerjaan anda ke : anaknegeri.andalas@gmail.com

Senin, 28 Juni 2010

Edan, Pulau Pun Dirambah Kelapa Sawit

Laporan wartawan KOMPAS Ingki Rinaldi
Minggu, 27 Juni 2010 | 23:00 WIB

PADANG, KOMPAS.com - Rencana pembukaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kepulauan Mentawai mengancam Taman Nasional Siberut dan kebedaraan masyarakat Mentawai secara keseluruhan.

Wakil Bupati Kepulauan Mentawai Judas Sabaggalet yang ditemui di Padang pada hari yang sama mengatakan, saat ini izin pembukaan lokasi perkebunan sawit telah diberikan di Pulau Siberut, Pulau Sipora, dan Pulau Pagai Utara. Masing-masing dengan luasan sekitar 40.000 hektar di Pulau Siberut dan masing-masing 15.000 hektar di Pulau Sipora dan 15.000 hektar di Pulau Pagai Utara.

Ketua Fo rum Mahasiswa Mentawai, Daudi Silvanus Satoko, Minggu (27/6/2010) mengatakan pihaknya menolak dengan tegas rencana tersebut. Kata Daudi, hal itu didasarkan pada fakta yang harus ditanggung masyarakat kebanyakan saat izin pengelolaan hutan dalam bentuk hak penguasaan hutan (HPH) diberikan pada sejumlah perusahaan.

Jumat, 11 Juni 2010

8 Ribu Matrik Ton Biofuel Riau Tak Laku

Kamis, 10 Juni 2010 16:36

Biofeul dari Riau ternyata tidak lau di pasaran. Buktinya, tahun 2009 lalu, 8 ribu matrik ton biofuel dari Riau hingga kini tak kunjung terjual.

Riauterkini-PEKANBARU-Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC Putra kepada Riauterkini mengatakan bahwa biofuel asal Riau tak laku di pasar. Bahkan biofuel yang diproduksi tahun 2009 lalu hingga kini masih belum kunjung terjual.

Katanya, biofuel sebanyak 8 ribu matrik ton yang belum terjual itu diproduksi oleh salah satunya pabrik pengolahan biofuel di Duri Bengkalis. Bahkan, karena biofuel-biofuel tersebut tak kunjung terjual, pabrik pengolahan biofuel tersebut harus berhenti berproduksi untuk mengurangi resiko kerugian.

Disinggung mengenai peran serta pemerintah dalam mencarikan solusi dari kendala tersebut, Ferry mengatakan bahwa pemerintah sudah berupaya untuk memperkenalkan product biofuel asal Riau ke pasaran. Termasuk menjajal market luar negeri (mancanegara) dengan melakukan promo tour ke luar negeri.

"Sebenarnya potensi pasar biofuel sangat tinggi sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui. Jadi kita tidak perlu kuatir karena saat ini dunia membutuhkan biofuel untuk bahan bakar pengganti. Apalagi emisinya cukup rendah," terangnya. ***(H-we)

Selasa, 08 Juni 2010

Pergolakan di Kebun Sawit Polisi Tembak 2 Petani dari Belakang

Laporan wartawan Kompas Syahnan Rangkuti
Selasa, 8 Juni 2010 | 20:32 WIB

PEKANBARU, KOMPAS.com - Korban kerusuhan di Desa Koto Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, pada Selasa (8/6) bertambah menjadi dua orang.

Apakah itu yang dinamakan membela diri? Perempuan yang mati ditembak polisi itu tidak bersenjata dan ditembak dari belakang.


Kepala Bidang Humas Polda Riau, Ajun Komisaris Besar Zulkifli mengungkapkan, korban yang tewas adalah petani perempuan bernama Yusniar (47) dan lelaki bernama Disman (40).

Polisi, katanya, terpaksa menembak karena warga menjarah kelapa sawit milik PT TBS. "Selain itu warga juga membakar mobil patroli dan 30 buah rumah milik PT TBS," ujar Zulkifli dihubungi Selasa (8/6/2010) malam.

Kepala Polres Kuantan Singingi, Ajun Komisaris Besar RA Kasenda, yang dihubungi terpisah berdalih, polisi terpaksa menembak karena warga menyerang terlebih dahulu. Polisi telah melakukan tembakan peringatan namun warga tetap melawan.

"Jumlah warga mencapai 500 orang dan kebanyakan membawa senjata tajam, sementara jumlah polisi cuma 200 orang," alasan Kasenda.

Namun berdasarkan versi warga, polisi jelas-jelas memihak PT TBS. Justru polisi yang memprovokasi warga agar terjadi kerusuhan. Syamsir, salah seorang warga mengungkapkan, polisi menembak dengan cara membabi buta.

Yusniar yang tewas akibat tembakan polisi mengalami luka di dada dari arah belakang dan tembus ke dada depan.

"Apakah itu yang dinamakan membela diri? Perempuan yang mati ditembak polisi itu tidak bersenjata dan ditembak dari belakang!" gugat Syamsir.

Syamsir menambahkan, Disman juga mengalami luka tembak di bagian dada. Disman sempat dibawa ke rumah sakit, namun di tengah jalan nyawanya sudah melayang.

Selasa malam, kondisi di Kuantan Mudik semakin panas. Ribuan warga mengepung Mapolsek Kuantan Mudik, meminta pertanggungjawaban polisi yang menembak mati warga. Warga juga meminta 12 rekannya yang ditahan polisi dibebaskan tanpa tuntutan.

Sengketa Tanah Polri Tembak 2 Petani Riau, 1 Tewas

Selasa, 8 Juni 2010 | 17:51 WIB

PEKANBARU, KOMPAS.com — Dua warga tertembak, satu di antaranya meninggal dunia, akibat bentrokan antara polisi dan warga di areal kebun plasma perusahaan kelapa sawit PT Tribakti Sari Mas (TBS) di Desa Koto Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, Selasa (8/6/2010).

Insiden tersebut merupakan buntut dari ketidakpuasan warga terhadap bagi hasil panen kebun plasma seluas 9.340 hektar (ha) yang dikelola perusahaan bersama KUD Prima Sehati.

Konflik memanas dan ratusan warga pada siang tadi memanen paksa kebun sawit seluas sekitar 100 ha yang diklaim menjadi milik mereka.

Bentrokan tak bisa dihindari ketika sekitar 200 personel polisi dari Polres Kuansing dan Brimob Polda Riau berusaha menghentikan aksi warga. "Dua warga ditembak dan seorang di antaranya meninggal dunia," kata seorang warga, Sutiman, dihubungi dari Pekanbaru.

Menurut dia, warga yang tewas ditembak polisi bernama Yusniar, perempuan dan berusia 35 tahun. Sedangkan seorang yang terluka bernama Siman, 40 tahun.

Selain itu, kata dia, seorang warga bernama Supri Suyardi juga ditahan polisi. Ketiganya merupakan warga Desa Koto Cengar. Menurut dia, warga telah berulang kali unjuk rasa agar ada transparansi dalam bagi hasil kebun plasma. Namun, hingga kini belum ada keputusan dari perusahaan terkait hal tersebut.

Hal itu, lanjutnya, membuat warga hilang kesabaran dan mulai memblokir jalan dari kebun menuju pabrik kelapa sawit PT TBS selama 12 hari terakhir.

Ia menjelaskan, kerja sama kebun plasma tersebut mulai berlangsung sejak tahun 1998. Bagi hasil mulai diterima warga mulai tahun 2006, tetapi jumlahnya hanya sekitar Rp 70.000 untuk hasil panen satu kavling atau dua hektar lahan per bulannya.

"Padahal, bagi hasil normalnya bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per kavling dalam sebulan," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Riau AKBP Zulkifli mengakui adanya bentrokan antara polisi dan warga di Kuansing. Ia mengatakan, personel kepolisian masih berada di tempat kejadian sore ini. "Kondisi memanas hingga satu mobil patroli polisi juga dibakar massa," katanya.

Alamak, Perempuan Petani Ditembak Polisi

Rusuh di Kuantan Singingi
Alamak, Perempuan Petani Ditembak Polisi
Laporan wartawan Kompas Syahnan Rangkuti
Selasa, 8 Juni 2010 | 18:03 WIB

PEKAN BARU, KOMPAS.com- Niar (35) perempuan petani dari Desa Koto Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, tewas ditembak aparat Brimob Kepolisian Resor Kuantan Singing (Kuansing), Selasa (8/6/10) siang tadi. Seorang petani lainnya, Siman (47), luka serius akibat terjangan peluru tajam. Sebaliknya, kemarahan petani diluapkan dengan membakar satu truk Brimob Polres Kuansing.

Penembakan itu terjadi menyusul sengketa antara warga petani dan perkebunan kelapa sawit PT Tri Bakti Sarimas. Sampai Selasa petang ini, ratusan petani masih bertahan di lokasi, sementara polisi berjaga-jaga di areal pabrik dan perkantoran PT TBS.

Belum ada keterangan resmi dari Polda Riau. Kepala Bidang Humas Polda Ajun Komisaris Besar Zulkifli mengatakan masih menanti laporan dari Polres Kuansing. "Aparat polres masih di lokasi saat ini. Tunggulah laporan dari Polres," kata Zulkifli.

Sutiman, warga Desa Koto Cengar mengungkapkan, peristiwa berdarah Selasa siang itu bermula dari perselisihan antara PT TBS dan warga selaku anggota Koperasi Unit Desa Prima Sehati. KUD dan PT TBS bekerjasama menanam kelapa sawit. Petani KUD Prima Sehati menyediakan lahan seluas 9.300 hektar, sementara PT TBS yang melakukan penanaman sampai panen.

Penanaman sudah dilakukan sejak tahun 1998, namun petani baru mendapatkan hasil usaha pada tahun 2008 atau setelah enam tahun masa panen. Hasil panen yang diberikan PT TBS juga dinilai sangat rendah, yakni Rp 70.000 sebulan untuk lahan seluas dua hektar. Padahal di luar, kelapa sawit yang sudah berumur 10 tahun sudah dapat menghasilkan uang Rp 4 juta.

"PT TBS membohongi petani," kata Sutiman.

Warga anggota KUD kemudian berupaya untuk membicarakan kenaikan setoran hasil panen PT TBS. Namun, perusahaan itu tidak menggubris tuntutan petani. Petani akhirnya berdemo dan sejak dua pekan lalu warga petani memblokir jalan di areal plasma sehingga panen terhenti.

Pada Selasa pagi, ratusan petani KUD Prima Sehati memanen sendiri kelapa sawit plasma di areal yang disengketakan. Sementara pihak perusahaan rupanya berupaya menghentikan upaya paksa petani itu dengan mendatangkan aparat Brimob dari Polres Kuansing.

Polisi meminta petani menghentikan pemanenan namun tidak digubris. Bentrokan akhirnya pecah dan polisi menghalau massa dengan tembakan. Dua orang tertembak dan seorang diantaranya meninggal dunia. Ketua KUD Prima Sehati, Supri Suryadi, ditahan dan dibawa ke Mapolres Kuansing di Taluk Kuantan.