Welcome To Riau Info Sawit

Kepada pengunjung Blog ini jika ingin bergabung menjadi penulis, silahkan kirim alamat email serta pekerjaan anda ke : anaknegeri.andalas@gmail.com

Rabu, 29 April 2009

Ratusan Warga Kepau Jaya Duduki Perkebunan PT. Agro Abadi

Rabu, 29 April 2009 14:10

Sengketa lahan memicu aksi pendudukan perkebunan. Ratusan warga Desa Kepau Jaya, Siak Hulu merasa lahannya diserobot menduduki kebun PT. Agro Abadi.

Riauterkini-SIAKHULU- Sekitar 300 warga Desa Kepau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar mendatangi sekaligus menduduki lahan kerkebunan PT. Agro Abadi yang berlokasi di desa yang sama, Rabu (29/4/09). Aksi pendudukan ini sebagai kelanjutan protes atas penyerobotan lahan warga oleh perusahaan perkebunan tersebut.

Aksi warga ini berlangsung lancar dan tanpa hambatan, sebab pihak perusahaan langsung menghindar begitu mengetahui kedatangan ratusan warga. Di lapangan hanya terlihat beberapa polisi dari Polsek Siak Hulu yang melakukan pengamanan.

Menurut salah seorang warga Kepau Jaya beranam Sabarman, sejak 1999 lahan ulayat warga seluas 12.500 hektar yang semula berupa Hak Penguasaan Hutan (HPH) dirubah menjadi kebun kelapa sawit oleh perusahaan. Saat ini tanaman kelapa sawit sudah berbuah dan beberapa kali panen, namun masyarakat sama sekali tak pernah mendapatkan bagian.

"Kami menuntut perusahaan memberikan hak warga dengan mengembangkan pola kemitraan dengan masyarakat," tuntut Sabarman.

Sampai saat ini aksi ratusan warga yang datang dengan menggunakan sepeda motor tersebut masih berlangsung. Mereka bertekad akan terus menduduki kebun perusahaan, sampai tuntutan warga dipenuhi perusahaan.***(mad)

Perjelas Status Lahan Kebun K2I

Senin, 27 April 2009 , 07:33:00

Laporan GEMA SETARA, Pekanbaru  
Status lahan kebun sawit K2I yang saat ini masih dalam proses pembangunan oleh rekanan terkait, perlu mendapatkan pengukuhan yang lebih. Sebab saat ini status lahan itu hanya baru Surat Keterangan Tanah (SKT) dari bupati masing-masing kabupaten. Dengan adanya pengukuhan lahan, maka jika ada hal-hal yang tidak diinginkan, masyarakat lebih kuat.

Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Riau Drs HM Yafiz di Pekanbaru Ahad (26/4) mengatakan, peningkatan status lahan dari yang saat ini semestinya menjadi mutlak dilakukan, apakah status lahan itu nanti menjadi hak guna usaha ataupun sertifikat hak milik dan sebagainya.

‘’Status lahan itu saat ini masih berpegang pada SKT yang dikeluarkan oleh Bupati, kita berharap ada peningkatan status lahan ini yang lebih tinggi, sebab kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tentu kita akan lebih kuta,’’ tuturnya.

Sejauh ini, lanjut mantan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Kadistamben) Riau ini, luas lahan yang sudah ditanam kelapa sawit seluas 170 hektare masing-masing di Kabupaten Bengkalis, Kampar dan Indragiri Hulu (Inhu).

Terkait belum selesainya Perda multiyears (MY) bagaimana dengan perawatan tanaman tersebut, Yafiz mengatakan tidak menjadi persoalan karena dalam Perda sebelumnya dinyatakan bahwa pihak rekanan punya kewajiban menjaga dan merawat tanaman tersebut. ‘’Soal itu tidak ada persoalan karena item perjanjian sebelumnya ada menyatakan demikian,’’ tuturnya.

Sampai saat ini, lanjutnya pihaknya masih menunggu siapnya Perda MY tersebut, jika sudah selesai pengerjaan kebun ini kembali dimulai. Dari luas lahan yang direncanakan seluas 10.200 hektare sudah terbangun sekitar 170 hektare. Total nilai proyek ini mencapai Rp217 miliar.

‘’Insya Allah jika Perda sudah selesai upaya pengerjaan lahan itu akan kita laksanakan. Kita optimistis proyek kebun K2I ini akan terwujud dengan baik,’’ ujarnya.(izl)


Indonesia Harus Ikut Tentukan Harga CPO

Jum'at, 24 April 2009 , 07:07:00

JAKARTA (RP) - Indonesia berambisi memimpin pasar perdagangan minyak kelapa sawit atau CPO. Sebagai pengekspor dan produsen CPO terbesar di dunia, Indonesia harus ikut menentukan referensi harga. 

Menurut Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurti, Indonesia akan menentukan sistem perdagangan CPO, termasuk penentuan harga. “Selama ini kita mengacu pada harga dari Rotterdam,” katanya di kantornya, Kamis (23/4). 

Sebagai pengekspor CPO terbesar di pasar dunia, Indonesia selayaknya bisa menciptakan harga secara pas tanpa terpengaruh harga di Rotterdam yang menyebabkan harga fluktuatif. Saat ini, kata Bayu, sudah ada beberapa trader CPO yang menggunakan notifikasi Free on Board (FoB) Pelabuhan Belawan. 

Bayu menuturkan, total perdagangan di Eropa itu hanya 1,5 juta ton atau paling tinggi 2,5 juta ton. Sedangkan Indonesia mengekspor CPO 15 juta ton. “Kenapa kita pakai referensi ke sana (Rotterdam),” katanya. Seharusnya, lanjut dia, Indonesia memegang perdagangan karena memasok 90 persen kebutuhan CPO dunia. 

Pemerintah, kata dia, sudah melakukan beberapa langkah. Yakni, mendorong eksporter menggunakan patokan harga FoB Belawan atau Dumai. Eksporter juga dapat menggunakan harga rata-rata lelang di Kantor Pemasaran Bersama PTPN, dan harga swasta. 

Bagi Indonesia, penentuan harga menguntungkan kegiatan ekspor dan juga menggairahkan industri hilir. “Spekulasi karena faktor eksternal juga bisa dikurangi sehingga menjadi penentu harga daripada pengguna harga,” tambah Bayu. 

Saat ini, produksi CPO Indonesia berkisar 19-20 juta ton. Sementara produksi Malaysia dua juta ton di bawah Indonesia. Namun, kata Bayu, Malaysia punya produktivitas lahan lebih besar 20 persen. “Lahan yang sekarang bisa 40-50 juta hektare. Itu tanpa perluasan lahan dan tidak termasuk di Papua. Hanya Sumatera dan Kalimantan,” katanya.(sof/ekk)
http://www.riaupos.info/main/index.php?mib=berita.detail&id=8625

Senin, 27 April 2009

2008, Ekspor CPO Riau Naik 800 Ribu Metrik Ton

Ahad, 26 April 2009 12:56

Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Riau ke luar negeri mengalami kenaikan sebesar 800 Matrik Ton (MT). Tahun ini diharapkan bisa lebih.

Riauterkini-PEKANBARU-Kasubdin Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC Ernaputra kepada Riauterkini Jum’at (24/4/09) mengatakan bahwa ekspor CPO Riau tahun 2008 mencapai angka 5,5 juta matrik ton. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan jumlah ekspor CPO tahun 2007 yang hanya sebesar 4,7 juta matrik ton.

“Jumlah ekspor CPO kita tahun 2008 lalu mencapai 5,5 juta matrik ton. Jumlah itu naik sebesar 800 ribu matrik ton dari sebelumnya yang hanya hanya 4,7 juta matrik ton saja,” kata Ferry.

Kenaikan jumlah CPO pada tahun 2008 dipengaruhi oleh tingginya harga CPO luar negeri sehingga banyak pengusaha agri bisnis di komoditas sawit yang melempar CPOnya ke pasar internasional. Apalagi waktu itu harga TBS local yang terpengaruh harga sawit internasional yang melonjak tinggi dengan tingkat lonjakan yang cukup signifikan yang walaupun pada triwulan III harga sawit anjlok hingga harga terendah sepanjang sejarah.

“Tahun ini, selain menjaga kualitas RBS dan CPO kita, pemerintah juga mempersiapkan ketentuan-ketentuan untuk menjaga segala sesuatu di pasar dalam negeri teritama di tataran petani sawit mandiri. Tentunya agar pengalaman tahun 2008 agar dapat diatasi. Intinya, jumlah ekspor CPO naik, dalam negeri tetap stabil,” katanya.***(H-we)

Kamis, 23 April 2009

Sumber Daya Alam Masih Potensial

Kamis, 23 April 2009 , 08:15:00


Laporan SYAHRI RAMLAN, Bagansiapiapi
SUMBER daya alam (SDA) meliputi sektor minyak dan gas, perkebunan, perikanan yang dimiliki di sejumlah daerah di dalam wilayah Kabupaten Rohil, dinilai masih sangat potensial untuk terus ditumbukembangkan dan digarap secara optimal. Hanya saja, sejumlah potensi tersebut belum tergarap secara optimal.

Penegasan tersebut disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Rohil Ir H Wan Abubakar Hasan, Rabu (22/4) saat serah terima jabatan Kepala Dinas Perkebunan yang dulu dijabatnya kepada H Muhammad Rusli Syarief S Sos di Bagansiapi-api. Sebelum menjadi staf ahli, Wan Abubakar Hasan adalah Kepala Dinas Perkebunan. Sedangkan H Muhammad Rusli Syarief sebelumnya adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Rohil.

‘’Kita melihat bahwa potensi alam yang dimiliki di wilayah Kabupaten Rohil ini sangat potensial. Kalau potensi alam yang tersedia itu dapat digarap secara optimal, saya pikir pelaksanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi dapat terealisasi dengan cepat,’’ katanya.

Salah satu kendalanya, tambah Abubakar, di antaranya karena belum tersedianya sumber daya manusia (SDM) di wilayah Kabupaten Rohil yang mampu menggarap semua potensi alam yang tersedia tersebut. Hal tersebut ditandai dengan masih ditemukannya sejumlah Satker yang belum terisi oleh aparatur yang mampu untuk mengoptimalkan potensi alam tersebut.

‘’Makanya perlu pimpinan Satker yang memiliki jiwa wiraswasta. Misalnya, Dinas Pertanian dan Perkebunan maupun Perikanan. Dan kita melihat, semuanya sudah berjalan. Namun masih perlu untuk terus menjalin koordinasi dengan sejumlah instansi terkait lainnya. Sehingga potensi alam ini benar-benar dapat diangkat guna mempercepat pembangunan di bidang ekonomi,’’ tutur Wan Abubakar.

Berdasarkan data yang dihimpun Riau Pos, bidang perkebunan memiliki tiga sektor potensi yang terus mengalami peningkatan. Sektor pertama yakni kelapa sawit yang mampu berproduksi mencapai sekitar 347.288 ton dengan luas areal mencapai 146.237 hektare. Selanjutnya karet dengan luas areal mencapai sekitar 37.881 hektare. Produksinya mencapai sekitar 12.737 ton. Terakhir adalah kelapa dengan luas areal mencapai 5.944 hektare. Jumlah produksinya sekitar 2.2992 ton.

Sektor lainnya yakni perikanan yang mampu menghasilkan 59.006,17 ton, yang terdiri dari perikanan laut 55.700,00 ton, perikanan perairan umum 3.226,00 ton, budidaya ikan kolam 58,55 ton, dan budidaya ikan keramba 20,62 ton. Sedangkan sektor pertanian jumlah produksi padi mencapai 127.503 ton dengan luas areal 34.900 hektare. Sedangkan sektor Migas yang produksinya mencapai sekitar 150.000 barrel.(tie)

Buka Kebun untuk Warga Miskin Investor Malaysia Tawarkan Kerja Sama

Kamis, 23 April 2009 , 08:12:00

Laporan MOLLY WAHYUNI, Bangkinang
INVESTOR dari Malaysia yang tergabung dalam Syarikat Intelek Venture SDB BHD menawarkan usaha kerja sama pembukaan lahan hutan untuk dijadikan kebun kelapa sawit yang diperuntukan bagi petani dan masyarakat miskin yang belum memiliki kebun. Untuk tahap pertama diperlukan areal seluas 4.000 hektare, dan masing-masing penduduk tempatan sebagai calon pemilik akan mendapatkan lahan dua hekntare, plus lahan pekarangan dan rumah tempat tinggal pada areal yang dikomplekskan dengan luas lahan sekitar 0,2 hektare.

Demikian diungkapkan Direktur Intelek Venture SDN BHD Malaysia Zakaria bin Abdurrahman, Abdul Khalid dan Abdul Halim bin Ahmad dalam eksposnya di hadapan Wakil Bupati Kampar Teguh Sahono SP yang didampingi Kepala Dinas Kehutan Kampar Mawardes dan Kadis Perkebunan Kabupaten Kampar Ir Fahril Azwar, di ruang rapat Kantor Bupati Kampar di Bangkinang, Rabu (22/4).

Kehadiran para investor yang berjumlah tujuh orang dari Malaysia tersebut diprakarsai oleh Yayasan Kampar Istiqomah, Kampar, di antaranya Saruman, Syahril, dan Ermansyah, serta beberaoa orang pengurus Yayasan Istiqomah lainnya.

Rujukan atau bentuk pelaksanaan pengerjaan mengaju kepada pola Felda (Federal Land Development) yang telah sejak lama digagas di Malaysia dan telah berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan sehingga hidupnya lebih sejahtera. Nama kerja sama pembangunan kebun kelapa sawit tersebut adalah Cadangan Projek Pembangunan Tanah Rancangan Bersepadu Kabupaten Kampar oleh Yayasan Kampar Istiqomah (Indonesia) dengan Syarikat Intelek Venture SDN BHD (Malaysia).

Kegiatan ini akan dimulai dengan pembukaan lahan hutan untuk tahap pertama seluas 4.000 hektare, dan untuk tahap kedua 6.000 hektare. Sehingga total luas lahan yang diperlukan sekitar 10.000 hektare. Para pemilik lahan akan mendapatkan rumah, dan untuk menopang kehidupan sehari-hari pera pemilik akan bekerja di lahan mereka masing-masing dan menerima upah dari apa yang mereka kerjakan. Kemudian setelah sawitnya menghasilkan, maka di seputar lokasi pemukiman akan dibangun tempat ibadah, sekolah, fasilitas umum lain. Bahkan berikutnya akan dikembangkan menjadi kota-kota kecil dengan infrastruktur yang mamadai dan soal pembayaran hutang petani akan dibayar secara menyicil dan pembayaran pada prinsipnya tidaklah memberatkan masyarakat miskin.(tie)

Bea Keluar CPO Belum Naik

Selasa, 21 April 2009 , 07:31:00

JAKARTA (RP) - Bea keluar minyak kelapa sawit atau CPO diperkirakan masih tetap nol persen hingga Mei. Ini karena harga komoditas itu di bulan April belum mencapai rata-rata 700 dolar AS per ton. “Dalam Peraturan Menteri Keuangan, tarif bea keluar akan dinaikkan kalau harga rata-rata per bulan di atas 700 dolar AS per ton,” kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurti di kantornya, Senin (20/4).

Sebelumnya pemerintah berencana mengubah PMK itu dengan menurunkan ambang maksimal kenaikan tarif BK menjadi 650 dolar AS per ton. Alasan waktu itu, karena nilai tukar rupiah tengah melemah hingga Rp12.000 per dolar AS. Mulai November 2008 hingga kini, pemerintah menetapkan bea keluar 0 persen.

Bayu mengatakan, saat ini situasinya berbeda karena nilai tukar rupiah sudah menguat menjadi sekitar Rp10.500-10.800 per dolar AS sehingga daya saing ekspor menurun. “Bulan-bulan ini kita masih sangat mengharapkan ekspor bisa didorong karena berbagai alternatif ekspor lainnya masih mengalami kesulitan,” kata Bayu.

Pemerintah juga akan menyeimbangkan kepentingan peningkatan ekspor serta upaya menjaga harga minyak goring di dalam negeri. “Semua kepentingan harus bisa dipertimbangkan. Karena ada dua faktor yang dipertimbangkan untuk menetapkan bea keluar, yakni di harga di luar negeri dan dalam negeri,” kata Bayu.

Bayu menambahkan, Indonesia adalah negara eksportir utama CPO. Sehingga sistem penerapan tarif bea keluar secara progresif bisa menjadi sinyal bagi pengusaha untuk turut menjaga harga. Pengusaha bisa menghitung, jika harga terus naik, akan terkena bea keluar. “Dia seperti ada self control,” kata Bayu. Tarif progresif ini diharapkan bisa turut menstabilkan harga komoditas ini.

Bayu memprediksi, untuk Juni nanti harga CPO akan sedikit meningkat karena mulai ada optimisme di pasar dunia. Apalagi, penurunan penjualan mobil ternyata tidak sedrastis yang dibayangkan. Industri makanan juga mulai bertumbuh. “Empat bulan kemarin ada penurunan di berbagai bidang, sekarang mulai berbalik,” katanya. (sof/ekk)

Bea Keluar CPO Belum Naik

Selasa, 21 April 2009 , 07:31:00

JAKARTA (RP) - Bea keluar minyak kelapa sawit atau CPO diperkirakan masih tetap nol persen hingga Mei. Ini karena harga komoditas itu di bulan April belum mencapai rata-rata 700 dolar AS per ton. “Dalam Peraturan Menteri Keuangan, tarif bea keluar akan dinaikkan kalau harga rata-rata per bulan di atas 700 dolar AS per ton,” kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurti di kantornya, Senin (20/4).

Sebelumnya pemerintah berencana mengubah PMK itu dengan menurunkan ambang maksimal kenaikan tarif BK menjadi 650 dolar AS per ton. Alasan waktu itu, karena nilai tukar rupiah tengah melemah hingga Rp12.000 per dolar AS. Mulai November 2008 hingga kini, pemerintah menetapkan bea keluar 0 persen.

Bayu mengatakan, saat ini situasinya berbeda karena nilai tukar rupiah sudah menguat menjadi sekitar Rp10.500-10.800 per dolar AS sehingga daya saing ekspor menurun. “Bulan-bulan ini kita masih sangat mengharapkan ekspor bisa didorong karena berbagai alternatif ekspor lainnya masih mengalami kesulitan,” kata Bayu.

Pemerintah juga akan menyeimbangkan kepentingan peningkatan ekspor serta upaya menjaga harga minyak goring di dalam negeri. “Semua kepentingan harus bisa dipertimbangkan. Karena ada dua faktor yang dipertimbangkan untuk menetapkan bea keluar, yakni di harga di luar negeri dan dalam negeri,” kata Bayu.

Bayu menambahkan, Indonesia adalah negara eksportir utama CPO. Sehingga sistem penerapan tarif bea keluar secara progresif bisa menjadi sinyal bagi pengusaha untuk turut menjaga harga. Pengusaha bisa menghitung, jika harga terus naik, akan terkena bea keluar. “Dia seperti ada self control,” kata Bayu. Tarif progresif ini diharapkan bisa turut menstabilkan harga komoditas ini.

Bayu memprediksi, untuk Juni nanti harga CPO akan sedikit meningkat karena mulai ada optimisme di pasar dunia. Apalagi, penurunan penjualan mobil ternyata tidak sedrastis yang dibayangkan. Industri makanan juga mulai bertumbuh. “Empat bulan kemarin ada penurunan di berbagai bidang, sekarang mulai berbalik,” katanya. (sof/ekk)

Harga Sawit Terus Naik Tembus Rp1.420/Kg

Jum'at, 17 April 2009 , 07:27:00

PEKANBARU (RP) - Harga komoditi kelapa sawit di tingkat petani saat terus mengalami kenaikan. Bahkan dari rapat penetapan harga kelapa sawit yang dilakukan Dinas Perkebunan Riau bersama sejumlah koperasi petani sawit dan perusahaan besar yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, harga kelapa sawit untuk pola kemitraan telah mencapai kisaran Rp1.420 per kilogram

Menurut Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC kepada Riau Pos,, harga TBS yang disepakati di Riau mengalami kenaikan yang cukup besar. Hal ini terjadi karena semakin membaiknya harga crude palm oil (CPO) di pasaran internasional.

‘’Harga terendah adalah Rp1016,03 per kilogram untuk TBS umur tiga tahun. Sedangkan harga tertingi mencapai Rp1420,64 per kilogram untuk umur tanaman 10 tahun,’’ ucap Ferry.

Kenaikan harga TBS tak hanya dirasakan oleh petani yang tergabung dalam pola kemitraan, namun juga pada petani sawit pola swadaya yang banyak di Riau.

Untuk harga kelapa sawit khususnya di wilayah Kabupaten Rohil juga sudah berangsur naik mencapai antara Rp1.000 hingga Rp1.300 per kilogram. Dengan naiknya harga kelapa sawit tersebut setidaknya memberikan dampak positif. Dimana, ekonomi pendapatan ekonomi masyarakat melalui sektor perkebunan kelapa sawit sudah mulai membaik.

‘’Waktu harganya jatuh, apapun tidak kita dapatkan. Malahan, setiap kali panen, kita terus merugi. Bayangkan saja, harga jualnya mencapai sekitar Rp300 per kilogram. Hasil yang didapatkan dengan harga yang segini murah ini tidak cukup untuk membayar upah. Apalagi buat merawat kebun,’’ kata B Tambunan (44) salah seorang petani kelapa sawit di Balam, Kecamatan Bangkopusako.

Sewaktu harga kelapa sawit merosot tajam, pendapatan ekonomi masyarakat memang mengalami guncangan yang cukup hebat. Malahan, ada sebagian masyarakat khususnya yang memiliki sepedamotor dengan cara pembayaran sistim anguran setelah menjual kelapa sawit terpaksa ditarik kembali oleh dialer.

Dengan naiknya harga jual kelapa sawit yang mencapai antara Rp1.000 per kilogram hingga sampai Rp1.300 per kilogram di tingkat petani, setidaknya telah memberikan kecerahan bagi masyarakat khususnya yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit.

Sementara, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Rohil, H Muhammad Rusli Syarief S.Sos yang dihubungi Riau Pos, Kamis (16/4) di
Bagansiapi-api membenarkan hal tersebut. ‘’Berdasarkan hasil pantuan kita di lapangan, kondisinya memang seperti itu. Dimana, harga kelapa sawit sudah kembali bergairah setelah sempat merosot akibat krisis ekonomi global. Malahan, harga kelapa sawit itu sudah berada di level tertinggi yakni sekitar Rp1.400 per kilogram,’’ kata Rusli.

Melihat kondisi perkembangan ekonomi saat ini, lanjut Rusli, diprediksikan harga kelapa sawit dengan harga Rp1.400 per kilogram bisa bertahan lama. Hanya saja, pergerakan dan perputaran ekonomi sangat sulit diprediksikan mengingat sangat berkaitan dengan semua sektor lainnya. ‘’Makanya, kalau harga sampai mencapai segitu, artinya kita harus siap-siap menerima kalau nanti harganya jatuh. Karena, perkembangan ekonomi itu sangat sulit diprediksikan,’’ kata Rusli. (sah)

Pupuk Langka
Dalam pada itu, naiknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Indragiri Hilir (Inhil) sejak dua bulan terakhir, sudah mampu membuat petani tersenyum. Sayangnya, naiknya harga hasil perkebunan itu berbanding terbalik dengan ketersediaan pupuk jenis urea di pasaran.

Sampai Kamis (16/4) petani daerah ini masih mengeluhkan susahnya mencari pupuk jenis urea. Meningkatnya harga komoditi itu secara langsung terlihat dari meningkatnya jumlah kunjungan warga di pasar tradisional. Aktivitas pemeliharaan kebun pun jauh meningkat. Selain itu, mereka yang tadinya sudah tidak bersemangat lagi dan ingin menjual kebun miliknya. Banyak yang mengurungkan niat tersebut. Perkebunan kini di pandang cukup prospek untuk dijadikan pegangan. Di Inhil, hal yang paling berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat adalah harga kopra. Lebih enam puluh persen penduduk daerah ini memiliki mata pencaharian di bidang itu. Sedangkan kebun sawit baru digeluti sebagian masyarakat sekitar tiga tahun terakhir.

Laju pembelian sepeda motor yang sempat melorot beberapa bulan lalu saat harga TBS dan kopra jatuh, saat ini terlihat mulai mengalami peningkatan, sejumlah dealer sepeda motor, tampak dipenuhi kembali oleh warga yang ingin membeli kendaraan tersebut. Dua tahun lalu, kala harga kelapa demikian tinggi, setiap harinya ada saja petani yang membeli sarana perhubungan tersebut. Di pedesaan, aroma petani sedang menyalai kopranya sangat mudah ditemukan. Sedangkan pada pinggiran jalan raya di Inhil, jejeran TBS yang ditempatkan petani juga sangat mudah ditemukan. Aktivitas bongkar muat TBS itu jauh lebih tinggi dibandingkan biasanya. Pembeli sudah demikian aktif memburu hasil perkebunan masyarakat ini.

Ketika harga TBS sedang anjlok beberapa waktu lalu. Tidak ada satupun pembeli yang aktif di lapangan. Jangankan untuk datang ke pemukiman, pembeli yang berkeliling menggunakan truk juga sangat langka. TBS pun dibiarkan begitu saja oleh petani membusuk di pohon sawit milik mereka.(sah/yon/izl)

Rabu, 01 April 2009

Karet Tertahan, Harga TBS Sawit Riau Kembali Naik

Selasa, 31 Maret 2009 15:16

Setelah turun tipis pekan lalu sebesar Rp 13,67 perKg, pekan ini harga TBS kembali naik. Kenaikan Rp 6,41 perkilogram TBS. Sementara untuk getah karet harganya tetap.

Riauterkini-PEKANBARU-Kasubdin Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC Putra kepada Riauterkini mengatakan bahwa setelah sempat turun pekan lalu, harga TBS sawit lokal Riau kembali naik. Kenaikan sangat tipis. Yaitu Rp 6,41 perkilogram.

“Kenaikan harga TBS sawit lokal Riau disebabkan karena naiknya harga CPO dan kernel di SPOT pasar internasional Pekan lalu harga CPO internasional mencapai Rp 6.472,86 perkilogram sedangkan harga kernel Rp 2.674,28 perkilogram. Pekan ini harga CPO mencapai Rp 6.474,25 sedangkan harga kernel Rp 2.682,08 perkilogram. Katanya untuk indeks harga kumulative sawit adalah 86,69,” terangnya.

Data harga sawit pekan ini (periode 30 Maret-5 April 2009) adalah untuk sawit yang telah berumur 3 tahun harganya Rp 962,68 perkilogram. Sawit berumur 4 tahun harganya Rp 1.076,33 perkilogram. Sawit berumur 5 tahun harganya Rp 1.152,30 perkilogram. 

Selanjutnya untuk sawit umur 6 tahun Rp 1.185,01 perkilogram. Sawit umur 7 tahun Rp 1.230,59 perkilogram. Sawit umur 8 tahun Rp 1268,88 kilogram. Sawit umur 9 tahun Rp 1.308,88 dan sawit umu10 tahun Rp 1.346,88 perkilogram.

Sementara untuk harga getah karet, berdasarkan data Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Riau, masih pada angka Rp 11.000/kilogram. Harga tersebut tak berubah dengan harga pekan sebelumnya. ***(H-we) 
http://www.riauterkini.com/usaha.php?arr=23583